Huda Shidqie
02 Maret 2024
Jagung ● 10 menit
Huda Shidqie
02 Maret 2024
Jagung ● 10 menit
Hama tanaman jagung atau OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) merupakan penyebab terjadinya kegagalan budidaya tanaman jagung. Selain cara budidaya yang tepat, agar mendapatkan hasil yang maksimal dari budidaya tanaman jagung adalah pengendalian hama secara tepat. Jika tidak, dapat dipastikan kerugian pada budidaya tanaman jagung akan mengalami kerugian. Hama yang biasanya ditemukan pada tanaman jagung antara lain belalang, lalat bibit, ulat tanah, ulat grayak, kutu daun, kumbang bubuk, penggerek tongkol, serta penggerek batang.
Pengendalian dapat dilakukan secara teknis dan secara kimiawi sebagai berikut:
Lalat Bibit
Lalat bibit merupakan salah satu hama utama tanaman jagung yang dapat menyerang tanaman jagung sejak awal pertumbuhan hingga tanaman berumur satu bulan. Ciri-ciri lalat bibit berwarna abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kuning. Serangan lalat bibit dapat menyebabkan pertumbuhan jagung menjadi kerdil. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 90%. Serangan yang paling tinggi biasanya terjadi pada musim hujan dan hama ini menyukai tanaman muda yang berumur 5 – 10 hari.
Larva lalat bibit menggerek tanaman dan masuk ke dalam batang. Tanaman yang terserang pertumbuhannya menjadi kerdil dan nampak kuning. Jika titik tumbuh diserang, tanaman jagung akan mati. Jika tanaman mengalami pemulihan atau bertahan, maka pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Berikut cara mengatasi hama penyakit pada jagung yang disebabkan oleh lalat bibit:
Mengubah cara budidaya dan pola tanam. Aktivitas lalat bibit hanya sekitar 1 -2 bulan pada musim hujan. Untuk itu, serangan bisa dihindari dengan melakukan pengubahan waktu tanam
Penggunaan varietas resisten atau varietas tahan dan memberikan seeds treartment melalui tanah pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha
Pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid yang memarasit telur, yaitu Trichogramma spp dan parasit larva, yaitu SP dengan cara menggantungkan atau menempelkan kertas pias yang sudah terparasit ke dalam gelas plastik dengan menggunakan stapler, kemudian jepit pada bambu. Sebar pias degan jarak antar pias lain sekitar 15 – 20 meter.
Pengendalian kimiawi dengan insektisida dapat dilakukan melalui perlakukan benih yaituThiodikrab dosis 7,5 – 15 gr / kg benih atau karburatan dengan dosis 6 gr b.a/kg benih. Kemudian setelah tanaman berumur 5-7 hari tanaman disemprot dengan karbofuran dengan dosis 0,2 kg. b.a/ ha atau thiodkrab 0,75 b.a/ha.
Ulat Tongkol
Ulat tongkol pada jagung menyerang tanaman pada fase generatif atau 45-56 Hari Setelah tanam (HST). Ulat tongkol menyerang bagian tongkol jagung, pucuk, dan malai atau bunga. Ulat dewasa akan meletakan telur secara tunggal pada bagian permukaan daun dan rambut tongkol jagung. Gejala serangan berupa rambut tongkol jagung terpotong dan pada ujung tongkol terdapat bekas gerekan dan sering ditemukan larva. Larva masuk ke dalam tongkol jagung muda dan memakan biji-biji jagung, sehingga terdapat terowongan bekas gerekan pada tongkol serta bekas gigitan pada biji jagung.
Cara pengendalian hama penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan pengolahan lahan tanah dan gilir tanaman yang berbeda
Pengendalian fisik secara mekanis dengan cara mengambil dan memusnahkan larva satu persatu
Secara hayati, dapat menggunakan musuh alami Trichogramma sp, cendawan Metarhizium Anisopliae, dan predator Staphylinidae
Secara kimia, penyemprotan insektisida dilakukan setelah terbentuk rambut jagung. Penyemprotan dilakukan dengan Furadan 3G atau dengan membuat lubang dekat tanaman, diberi insektisida, dan ditutup lagi. Dosis yang digunakan 10 gram tiap meter persegi .
Penggerek Batang
Hama ini akan menyerang batang jagung yang masih dalam fase vegetatif ataupun fase generatif. Imago dari hama ini berbentuk ngengat kecil berwarna kekuningan dengan rentang sayap 27 mm. Hama ini akan menyerang batang jagung yang masih dalam fase vegetatif ataupun fase generatif.
Imago hama ini akan aktif beterbangan pada malam hari di atas tanaman jagung. Hama betina akan meletakkan telur pada permukaan tiga daun teratas. Telur berbentuk bulat dan berwarna kuning putih dengan kemilau sutera. Dalam satu kelompok telur terdiri atas 90 butir telur yang tersusun tidak beraturan. Masa telur akan berlangsung selama 3—5 hari sebelum akhirnya menetas mengeluarkan larva.
Hewan penggerek batang ini akan menyerang tanaman jagung pada umur dua sampai empat minggu dan dapat menyebabkan kerusakan pada daun muda dan pucuk. Pada umur enam minggu, hewan penggerek akan menyebabkan kerusakan pada daun, batang dan tongkol muda. Sedangkan, di umur delapan dan sepuluh minggu akan menyebabkan kerusakan pada bagian batang dan tongkol.
Berikut cara pengendalian untuk hama penyakit penggerek batang:
waktu tanam yang tepat dengan melakukan tumpang sari dengan tanaman lain, rotasi tanaman, dan memusnahkan tanaman yang terserang.
Lakukan giliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang bagi hama ini. Hal itu berguna untuk menghilangkan tempat tinggal hama tersebut sehingga hama ini tidak akan ada di perkebunan. Tumbuhan inang dari hama ini adalah jenis gulma rumput-rumputan berbatang tebal agar hama tersebut tertarik dan tidak menyerang jagung.
Lakukan pengendalian hayati dengan cara memanfaatkan musuh alami (MA). yang ada di sekitar lokasi tanaman jagung atau bisa dengan membuat sendiri, contohnya adalah semut hitam. Semut hitam banyak dijumpai pada tanaman jagung, jeruk, kakao, kopi, mangga dan kedelai. Khusus pada tanaman jagung predator ini menyerang ulat dan beberapa jenis hama lainnya
Pengendalian kimiawi dengan cara menggunakan insektisida yang efektif.
Ulat Buah
Hama ini sangat aktif di malam hari dan biasanya bersembunyi di tanah pada siang hari. Serangan hama dengan cara memotong batang tanaman muda berumur 1-3 minggu, sehingga tanaman patah dan mati. Hama ulat tanah dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:
Hama ini dapat dikendalikan menggunakan bahan-bahan alami seperti minyak nimba, bubuk cengkeh, dan tepung jagung. Bahan-bahan tersebut dapat dicampurkan dengan air dan disemprotkan ke tanaman jagung
Melakukan rotasi tanaman atau taman bergilir, rotasi tanaman dapat mengurangi risiko serangan hama ulat tanah pada tanaman jagung. Hal ini membantu memutus siklus hidup ulat tanah dan mengurangi populasi hama pada tanaman jagung
Penggunaan pestisida sintesis. Cara ini yang paling umum digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama ulat tanah pada tanaman jagung. Namun, penggunaan pestisida harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan manusia dan hewan, serta merusak lingkungan.
Penggunaan jaring serangga dapat dilakukan untuk pengendalian hama ulat tanah. Jaring serangga dapat dipasang di atas tanaman jagung untuk mencegah ulat tanah masuk dan merusak tanaman. Hal ini efektif dalam mengendalikan hama pada tanaman jagung secara organik dan aman bagi lingkungan
Referensi:
PUTRI, M. T. (2021). Klasifikasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Jagung Berdasarkan Nilai Rata-rata Citra Red Green Blue(Rgb)
Zulaiha, S., Suprapto, & Dinarda, A. (2012). Infestasi Beberapa Hama Penting Terhadap Jagung Hibrida Pengembangan dari Jagung Lokal Bengkulu pada Kondisi InputRendah di Dataran Tinggi Andisol. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(1), 15–28.
Minta bantuan Pak Dayat