Aprilia Ananda
16 Oktober 2024
General ● 9 menit
Aprilia Ananda
16 Oktober 2024
General ● 9 menit
Tanah di Kalimantan dikenal sebagai tanah tua, dikarenakan ketiadaan gunung berapi sebagai pembaru melalui abu yang mengandung mineral. Hal tersebut menyebabkan munculnya berbagai masalah terhadap pemanfaatannya sebagai lahan pertanian. Sehingga diperlukan berbagai upaya untuk tetap mempertahankan keoptimalannya.
Tentunya terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh. Tanah sulfat masam merupakan satu di antara banyaknya jenis tanah di Kalimantan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sebagai tanah yang terdampak pasang surut air laut, tanah sulfat masam memiliki permasalahan terhadap pH tanahnya yang rendah.
Tanah Sulfat Masam
Sumber: dokumentasi penulis
Hal ini disebabkan adanya lapisan pirit (Fe2S) yang jika teroksidasi dengan oksigen akan menurunkan pH tanah. Hal ini membawa permasalahan, seperti menurunnya kelarutan unsur hara makro dan meningkatkan Al dan Fe yang jumlahnya bersifat toksik bagi tanaman. Sedangkan, tanah sulfat masam terkenal akan kelarutan Al dan Fe nya yang tinggi.
Dengan demikian, dalam hal ini tidak banyak tanaman terutama tanaman pangan yang dapat mentoleransi tingkat toksisitas logam tanah sulfat masam. Melalui hal ini tentunya akan menghambat pemanfaatan tanah sulfat masam sebagai lahan pertanian. Lalu, apa yang dapat dilakukan? Apakah terdapat solusi yang efektif? Simak penjelasan berikut.
Serbuk Arang Aktif Kulit Kacang Tanah
Sumber: dokumentasi penulis
Sobat Tani, tahukah kalian jika arang aktif dapat dimanfaatkan sebagai amelioran bagi tanah yang rendah pH, seperti tanah sulfat masam? Umumnya arang aktif dimanfaatkan sebagai penyuling atau adsorben logam berat bagi air yang tercemar. Terkhususnya oleh logam-logam, akan tetapi faktanya juga dapat diaplikasikan pada tanah.
Arang aktif sendiri memiliki luas permukaan yang besar. Sehingga lebih efektif dalam menjerap ion H+ ataupun logam-logam yang bersifat meracuni tanaman, seperti Al dan Fe. Salah satu bahan yang dapat diproses menjadi arang aktif, adalah kulit kacang tanah.
Kacang tanah memiliki total produksi yang tinggi. Bahkan berdasarkan data BPS 2023, produksi kacang tanah mencapai 350,06 ton. Tentunya jumlah kulit kacang tanah yang dihasilkan tidak sedikit, namun sering kali dianggap sebagai limbah, yang umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau hanya sampah organik tanpa nilai. Hal ini menjadikan kulit kacang tanah sebagian besar terbuang sia-sia.
Kulit Kacang Tanah
Sumber: dokumentasi penulis
Akan tetapi, faktanya dalam kulit kacang tanah mengandung selulosa sebanyak 59,58%, dan di dalamnya terdapat senyawa organik yang dapat meningkatkan pH tanah, seperti NH2, -COO-, -C=O3, PO43-, dan -OH. Melalui senyawa organik inilah yang akan menjadi solusi dalam permasalahan pH dan toksisitas logam di tanah sulfat masam sehingga tidak meracuni komoditas pertanian.
Arang Aktif Kulit Kacang Tanah
Sumber: dokumentasi penulis
AgroLovers, dalam pemanfaatan kulit kacang tanah untuk meningkatkan pH pada tanah sulfat masam perlu diolah menjadi arang aktif terlebih dahulu. Terdapat dua proses utama, yaitu karbonasi dan aktivasi. Karbonasi merupakan proses di mana bahan akan dibakar dalam keadaan tanpa oksigen menggunakan alat pirolisis.
Aktivasi ialah proses dalam memperluas pori-pori pada permukaan arang aktif sehingga dapat bekerja lebih efektif dengan menggunakan bahan kimia, seperti larutan garam (NaCl). Terdapat berbagai keunggulan dalam pengaplikasian arang aktif kulit kacang tanah. Seperti bahan baku yang murah, pengaplikasian yang mudah, serta mengurangi limbah.
Arang aktif kulit kacang tanah yang diubah menjadi serbuk diaplikasikan pada tanah sulfat masam. Senyawa organik yang terkandung di dalamnya akan menjerap ion H+, sehingga dapat meningkatkan pH. Melalui peningkatan pH, akan meningkatkan ketersediaan hara makro, dan menurunkan kelarutan logam logam seperti Al dan Fe.
Bagaimana, menarik bukan? Arang aktif kulit kacang tanah diharapkan dapat menjadi inovasi solutif yang berkelanjutan terhadap tanah sulfat masam sebagai lahan pertanian.
Referensi
Amijaya, M. (2015). Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Serapan Posfor dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu di Entisols Sidera. Universitas Tadulako. Palu.
Badan Pusat Statistik. (2023). Laporan Tahun 2023.
Ischak, N. I., Fazriani, D., & Botutihe, D. D. (2021). Ekstraksi dan karakterusasu selulosa dari limbah kulit kacang tanah (Arachis hypogaea) sebagai adsorben ion logam besi. Jamb. J. Chem, 3(1), 27-36.
Lano, L. A., Ledo, M. E. S., & Nitsae, M. (2020). Pembuatan arang aktif dari tempurung siwalan (Borassus flabellifer L.) yang diaktivasi dengan kalium hidroksida (KOH). Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 5(1), 8-15.
Lestari, K. D. F. L., Ratnani, R. D., Suwardiyono, & Kholis, N. (2017). Pengaruh waktu dan suhu pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa sebagai upaya pemanfaatan limbah dengan suhu tinggi secara pirolisis. Inovasi Teknik Kimia, 2(1), 32-38.
Pari, G., Tohir, D., Mahpudin, & Ferry, J. (2006). Arang aktif serbuk gergaji kayu sebagai baan adsorben pada pemurnian minyak goreng bekas. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 24(4).
Pratomo, J., Lubis, R. A., Hendrati, D., Sofyatin, T., & Nuraini, V. A. (2015). Pemanfaatan kulit kacang tanah (Arachis hypogaea) untuk bioadsorpsi logam kalsium dan magnesium. Chemica et Natura Acta, 3(3), 100-103.
Pusparani, S. (2018). Karakterisasi sifat fisik dan kimia pada tanah sulfat masam di lahan pasang surut. Jurnal Hexagro, 2(1), 1-4.
Santoso, H., & Susanto. (2020). Dampak serangan sekunder pada budidaya tanaman kelapa sawit di lahan sulfat masam dengan tanaman kelapa sawit di lahan sulfat masam dengan tata kelola air yang tidak optimal. Warta PPKS, 25(3), 101-108.
Sutarta, E. S., Wiratmoko, D., & Akoeb. (2020). Kesuburan tanah, pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) pada tiga kedalaman mineral pirit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 28(2), 71-84.
Sutarta, E. S., Wiratmoko, D., & Akoeb. (2020). Kesuburan tanah, pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) pada tiga kedalaman mineral pirit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 28(2), 71-84.
Minta bantuan Pak Dayat