Nicholas Dwi Chandra
28 Agustus 2024
Padi ● 6 menit
Nicholas Dwi Chandra
28 Agustus 2024
Padi ● 6 menit
Pernahkah Sobat Tani mendengar tentang Forbidden Rice? Nama tersebut merujuk pada beras hitam yang harganya sangat tinggi dan kaya manfaat. Sesuai sebutannya, nasi ini dahulu tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat secara bebas. Beras hitam adalah bahan pangan eksklusif bagi keluarga kaisar di Tiongkok pada masa lalu.
Namun, kini beras hitam populer di berbagai kalangan karena manfaat kesehatannya bagi penderita diabetes, sakit jantung, dan peradangan. Warna nasi hitam yang berbeda dari nasi umum yang berwarna putih maupun merah menjadikannya memiliki keunikan secara visual. Tak heran, harga beras hitam bisa mencapai tiga kali lipat dibandingkan beras putih yang biasa dikonsumsi masyarakat.
Lantas apa yang sesungguhnya menjadikan beras hitam dihargai sangat tinggi? Apakah betul hanya karena popularitas dan klaim manfaat kesehatannya saja? Simak dalam artikel berikut.
Padi hitam (Oryza sativa L.) dapat ditemukan di berbagai wilayah dunia. Akan tetapi, terdapat padi hitam yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Beberapa varietas padi hitam Indonesia antara lain adalah padi hitam Toraja, Arean Hwa, Cempo Ireng, Jawa Melik, Joko Bolot, Beas Hideung/Beas Gadong, dan Beas Cere.
Beras hitam yang dihasilkan dari padi hitam memiliki bekatul berwarna kehitaman. Warna tersebut dihasilkan dari tingginya intensitas pigmen antosianin pada bagian dalam dan lapisan luar beras (aleuron). Tingginya pigmen tersebut dilaporkan berasal dari mutasi gen Kala4 yang bermula dari subspesies japonica (beras pulen, bulir pendek) lalu menyebar ke subspesies indica (beras berbulir panjang dan tidak lengket).
Padi hitam
Sumber: Bali Post
Beras hitam dari padi hitam diteliti memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan. Beras hitam memiliki aktivitas antioksidan tinggi dari kandungan senyawa fenolik dan flavonoid seperti antosianin. Hal tersebut bermanfaat untuk mencegah kerusakan sel dan anti peradangan.
Antosianin pada beras hitam mampu menurunkan kadar lemak pada darah sehingga cocok untuk menjaga kesehatan jantung. Selain itu, kandungan senyawa fenolik dan flavonoid juga memiliki potensi untuk menghambat perkembangan sel kanker.
Beras hitam juga disarankan untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes mellitus karena memiliki indeks glikemik (GI) rendah. Nilai GI beras hitam adalah yang terendah bila dibandingkan dengan beras merah dan beras putih. Tak heran, beras hitam juga kini populer sebagai bahan pangan fungsional, yakni makanan yang memiliki manfaat nutrisional tambahan.
Nasi hitam
Sumber: Hellosehat
Harga beras hitam yang tinggi tidak terbatas pada tingginya manfaat kesehatan dan popularitasnya saja. Budidaya padi hitam memiliki tantangan tersendiri yang menjadikannya berharga lebih tinggi dibandingkan tipe beras lain.
Padi putih biasa dapat dipanen dalam kurun waktu 3-4 bulan setelah tanam, sedangkan padi hitam baru dapat dipanen pada usia 5-6 bulan setelah tanam. Lamanya durasi tanam menjadikan sebagian petani enggan untuk menanam padi hitam. Periode tanam yang lebih lama juga menjadikan petani memerlukan biaya dan usaha tambahan untuk memelihara tanaman padi, termasuk mencegah serangan penyakit dan hama.
Selain itu, produktivitas padi hitam juga lebih rendah di angka 3 ton per hektar dibanding padi putih di angka 6-7 ton per hektar. Hal tersebut menjadikan padi hitam memiliki ketersediaan stok terbatas di pasaran.
Gabah malai padi hitam Bogor
Sumber: Dewi et al. (2018)
Saat ini, berbagai penelitian pemuliaan tanaman padi hitam sedang gencar dilakukan. Hal tersebut penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi hitam, mempersingkat usia padi hingga panen serta memastikan ketahanan tanaman terhadap serangan hama-penyakit. Jadi, apakah Sobat Tani tertarik untuk mencoba beras hitam sehat yang eksklusif bagi kaisar di masa lalu?
Referensi:
Arifa, A.H., et al. (2021). Karakterisasi fisikokimia beras hitam (Oryza sativa L.) dari Jawa Barat, Indonesia. agriTECH 41 (1) 2021, 15-24.
Dewi, T.K., et al. (2018). Padi Hitam Jawa Barat. Polsub Press.
Kusno, K., et al. (2020). Analysis of black rice farming competitiveness (a case study in Merkarwangi Village, Cisayong District, Tasikmalaya Regency, West Java Province). AGROLAND: The Agricultural Sciences Journal 7(2): 78-90.
Pratiwi, R. & Purwestri, Y.A. (2017). Black rice as a functional food in Indonesia. Functional Foods in Health and Disease 7(73):182-194.
Minta bantuan Pak Dayat