Huda Shidqie
03 Mei 2024
Kakao ● 4 menit
Huda Shidqie
03 Mei 2024
Kakao ● 4 menit
Sebagai salah satu negara penghasil kakao terbesar, Indonesia memiliki beragam varietas unggul yang berkontribusi signifikan terhadap industri cokelat. Dengan sejarah panjang budidaya kakao sejak 1560, Indonesia kini mengembangkan berbagai klon dengan karakteristik unik yang mendukung industri ini. Terhadap 5 klon yang dianjurkan oleh kementerian Pertanian pada 2014, yaitu ICCRI 03, ICCRI 04, Scaviina 6, Sulawesi 1, dan Sulawesi 2.
ICCRI 03: Klon Kakao dengan Produktivitas Tinggi
ICCRI 03 adalah varietas unggul dengan potensi hasil mencapai 2,09 ton per hektar. Dengan berat biji kering 1,28 gram dan kadar lemak biji 55,01%, ICCRI 03 menawarkan ketahanan yang baik terhadap penyakit busuk buah dan hama PBK. Varietas ini cocok ditanam di iklim A, B, dan C serta pada tanah affisol, ultisol, dan inceptisol.
ICCRI 04: Varietas dengan Kualitas Optimal
Dengan potensi hasil yang hampir mirip dengan ICCRI 03, ICCRI 04 menawarkan karakteristik kualitas biji terbaik dengan berat per biji kering 1,27 gram dan kadar lemak biji 55,07%. Meski rentan terhadap penyakit VSD, ICCRI 04 tahan terhadap penyakit busuk buah dan menjadikannya pilihan yang baik untuk perkebunan di wilayah iklim A, B, dan C.
Scavina 6: Solusi untuk Wilayah Terserang Penyakit VSD
Scavina 6 memiliki potensi hasil panen hingga 1,54 ton per hektar dan terkenal dengan ketahanannya terhadap penyakit VSD. Dengan berat biji kering yang bervariasi dan kadar lemak biji mencapai 58,17%, Scavina 6 ideal untuk wilayah yang menghadapi serangan penyakit VSD.
Sulawesi 1: Varietas yang Tepat untuk Wilayah Endemis
Sulawesi 1 menawarkan potensi hasil antara 1,8 hingga 2,5 ton per hektar. Varietas ini memiliki berat biji kering 1,1 gram dan kadar lemak biji antara 48%-50%. Dengan ketahanan terhadap penyakit VSD, Sulawesi 1 adalah pilihan tepat untuk lahan di ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut.
Sulawesi 2: Pilihan Terbaik untuk Kondisi Lingkungan yang Beragam
Lebih tinggi dibandingkan dengan Sulawesi 1, Sulawesi 2 memiliki potensi hasil hingga 2,75 ton per hektar dengan berat biji kering 1,1 gram dan kadar lemak biji 45%-47%. Klon jenis ini tahan terhadap penyakit busuk buah dan VSD dan cocok untuk wilayah dengan ketinggian hingga 900 meter di atas permukaan laut.
Klon anjuran dari pemerintah merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan hama dan penyakit busuk buah Phytophthora dan penyakit pembuluh kayu VSD. Klon ini merupakan bahan tanam yang digunakan untuk memperbanyak bahan tanam secara vegatatif.
Referensi:
Modul Kakao Edufarmers
Minta bantuan Pak Dayat