Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan pelaku budi daya tanaman untuk memberikan kondisi lingkungan sebaik mungkin untuk tanaman yang dibudidayakan agar memperoleh produksi yang maksimal dan berkualitas. Pemeliharaan tanaman cabai meliputi beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut:
Gambar. Penyulaman bibit cabai
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang layu atau mati di lahan dengan tanaman baru yang lebih sehat.
Waktu penyulaman tanaman cabai merah dapat dilakukan 1-2 hari saja setelah pindah tanam pertama.
Tujuan penyulaman adalah agar pertumbuhan cabai masih bisa tumbuh seragam hingga tanaman dewasa.
*) Pertumbuhan yang seragam dapat mencegah serangan hama dan penyakit tanaman, sehingga bila tanaman layu atau mati setelah masa penyulaman, maka tanaman dicabut, lalu dibuang, dan lubang tanam tersebut dibiarkan kosong.
Pengelolaan air, terutama menjamin ketersediaannya di dalam lahan budi daya menjadi salah satu kunci penting dalam kegiatan budi daya tanaman, tidak terkecuali budi daya cabai.
Ketersediaan air pada pertanaman cabai harus diperhatikan, karena tanaman cabai rentan terhadap kekeringan, namun juga tidak tahan terhadap genangan yang lama.
Pengairan dilakukan jika kondisi tanah agak kering. Pemberian air pada pertanaman cabai dilakukan jika tanah dalam kondisi kurang lengas. Jika kondisi kelengasan air masih cukup maka tidak perlu dilakukan penambahan air.
Rata-rata kebutuhan air per tanaman saat fase vegetatif yaitu sekitar 250 ml per 2 hari sekali, sedangkan fase generatif kebutuhannya sekitar 450 ml per 2 hari sekali.
Output dari kegiatan pemeliharaan irigasi adalah kondisi lengas tanah memadai untuk pertumbuhan tanaman cabai dan tanaman cabai tidak mengalami kekurangan air
Tabel. Rekomendasi irigasi untuk lahan pertanaman cabai
No | Metode | Tata Laksana |
---|---|---|
1 | Furrow Irrigation/Irigasi Permukaan/alur/Leb | Metode irigasi ini dilakukan jika sumber air irigasi melimpah dan kondisi lahan mendukung secara teknis. Metode irigasi ini tidak disarankan jika dalam petak tanaman terdapat tanaman cabai yang terserang penyakit (bakteri/jamur) karena dapat menjadi media penularan penyakit.
|
2 | Menggunakan selang | Teknik irigasi ini dilakukan jika secara teknis sumber air tidak mendukung irigasi jika dilakukan secara "leb". Jumlah tanaman tidak terlalu banyak dan ketersediaan manpower cukup.
|
3 | Irigasi tetes | Teknik irigasi ini merupakan teknik irigasi modern dan memiliki keunggulan pada penghematan air dan teknis pelaksanaan yang mudah dan dapat sekaligus melakukan proses pemupukan, namun jika ingin menerapkan teknik irigasi ini maka perlu dipersiapkan instalasi pengairan yang memadai dan biaya investasi relatif mahal.
|
4 | Irigasi manual | Sistem irigasi yang dilakukan dengan penyiraman tanaman budi daya yang dikendalikan secara manual.
|
Gambar. Irigasi permukaan/alur
Gambar. Irigasi selang
Gambar. Irigasi tetes
Gambar. Ajir bumbu pada pertanaman cabai
Pemasangan ajir adalah kegiatan memasang penyangga ke dalam bedengan dan didekat tanaman cabai untuk menjaga tanaman tetap tumbuh tegak.
Sumber bahan ajir:
Bilah bambu
Waktu pemasangan ajir pada tanaman cabai merah dapat mulai dilakukan saat awal pertumbuhan vegetatif yaitu 1 minggu setelah pindah tanam hingga 2 bulan setelah pindah tanam.
Tata pelaksanaan pemasangan ajir yaitu:
Bambu dibelah menggunakan golok dengan ukuran 4 cm x 150 cm, dengan bagian salah satu ujungnya dibuat lancip dengan pisau tajam untuk memudahkan saat penancapan ke tanah.
Ajir yang telah dibuat ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak 3 cm dari tanaman cabai merah dan dengan kedalaman 15-20 cm, dengan posisi miring keluar (sudut kemiringan 45o) atau bisa juga dipasang tegak lurus. Satu ajir dipasang untuk satu tanaman.
Saat tanaman berumur 1 bulan setelah pindah tanam, ajir dapat diikatkan ke batang tanaman yang berada di bawah cabang utama/cabang V dengan menggunakan rafia dengan sistem melingkar bentuk angka 8.
Saat tanaman berumur 1,5 bulan setelah pindah tanam, ajir diikatkan pada cabang utama dan diikatkan saat mulai terbentuk buah yaitu 2 bulan setelah pindah tanam agar tanaman tidak rebah saat sudah berbuah.
Saat tanaman berumur 2 bulan setelah pindah tanam, antar ajir dihubungkan dengan bilah bambu yang dipasang horizontal dan diikat dengan rafia agar dapat menahan dari terpaan angin.
Setelah pemberian pupuk dasar pada persiapan lahan, selanjutnya dilakukan pemupukan susulan pada fase pemeliharaan tanaman cabai.
Tabel 2. Pemupukan susulan untuk cabai merah pada berbagai kondisi lahan
Kondisi lahan | Jenis dan Dosis | Waktu Aplikasi | Cara Aplikasi |
---|---|---|---|
a. Lahan Kering di Dataran Tinggi/Medium (Jenis tanah Andisol/ Latosol) |
| Diberikan 3 kali pada umur 3, 6, 9 minggu setelah tanam. 1 kali aplikasi yaitu 1/3 dosis. | Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement).Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement). |
| 10-14 hari sekali, dimulai 1 bulan setelah tanam (minimal 8 kali selama pemeliharaan). | Dilarutkan dalam air (2 g/l air atau 2 sendok makan per 10 l air), dikocorkan ke sekitar lubang tanam (100-200 ml/tananam). | |
b. Lahan sawah di Dataran Rendah (Jenis tanah Aluvial) |
| Diberikan 3 kali pada umur 0, 4, 8 minggu setelah tanam. 1 kali aplikasi yaitu 1/3 dosis. | Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement). |
c. Sistem Tumpang Gilir dengan Bawang Merah | Cabai merah:
| Cabai merah: Diberikan 3 kali pada umur 4, 7, 10 minggu setelah tanam. 1 kalli aplikasi yaitu 1/3 dosis. | Cabai merah: Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement). |
Bawang merah:
| Bawang merah: Diberikan 2 kali pada umur 7 dan 25 hari setelah tanam. 1 kali yaitu aplikasi ½ dosis. | Bawang merah: Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement). | |
d. Sistem Tumpangsari dengan Kubis atau Tomat | NPK 16-16-16 (300-500 kg/ha) | 10-14 hari sekali, dimulai 1 bulan setelah tanam (minimal 8 kali selama pemeliharaan). | Dilarutkan dalam air (2 g/l air), dikocorkan ke sekitar lubang tanam (100-200 ml/tananam). |
Sumber: (Sumarni & Muharam, 2005)
Gambar. Pemupukan tanaman cabai secara spot placement
Gambar. Ilustrasi pemupukan secara dikocor pada lubang tanam
Rekomendasi pemupukan susulan untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai serta meningkatkan hasil produksi yaitu dengan pemberian:
Tabel. Rekomendasi pemupukan susulan untuk tanaman cabai
No | Jenis Pupuk | Contoh | Waktu Aplikasi | Cara Aplikasi |
---|---|---|---|---|
1 | Pupuk Pelengkap Cair (PPC) | Pupuk hijau yang mengandung Nitrogen dan unsur hara lainnya yang berguna untuk pembentukan tunas daun sesuai dosis anjuran. | Pagi hari saat stomata tanaman membuka. | Disiramkan ke media tanam sekitar pertanaman atau disemprotkan pada bagian bawah daun. |
2 | Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) | ZPT yang mengandung auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA) sesuai dosis anjuran. | Pagi hari saat stomata tanaman membuka. | Disiramkan ke media tanam sekitar pertanaman atau disemprotkan pada bagian bawah daun. |
3 | PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakter) | Bacillus spp. untuk membantu melarutkan unsur hara Fosfat (P) dan memfiksasi Nitrogen (N) agar tersedia bagi tanaman, dengan dosis pemberian untuk tanaman cabai yaitu 10 ml/l air. | Pagi atau sore hari, dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman tanaman cabai. | Larutan Bacillus spp. diberikan sebanyak 200 ml per tanaman setiap 2 minggu sekali hingga memasuki fase produksi, dengan cara dikocor atau disiram dari gembor/ember di sekitar lubang tanam cabai. |
Pada pertanaman cabai juga dilakukan pemangkasan yaitu pada tunas air, daun dan bunga pada cabai merah yang dilakukan secara manual yaitu memangkas menggunakan tangan atau mekanis dengan menggunakan bantuan gunting.
Tabel. Tata pelaksanaan kegiatan pemangkasan pada tanaman cabai
No | Bagian tanaman yang dipangkas | Teknik pemangkasan |
---|---|---|
1 | Tunas air | Pemangkasan pada tunas air yaitu membuang tunas air yang berada di ketiak daun dimulai saat umur tanaman 10-12 hari setelah tanam/hst (untuk di dataran rendah) dan 15-20 hst (untuk di dataran tinggi). Perempelan tunas air pada batang utama dilakukan untuk memicu pertumbuhan dan dilakukan hingga muncul cabang utama (cabang V). |
2 | Bunga di cabang utama | Pemangkasan pada bunga di cabang utama dilakukan untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena umur tanaman yang belum masuk fase generatif (produksi). |
3 | Daun di cabang utama | Pemangkasan pada bunga di cabang utama dilakukan untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena umur tanaman yang belum masuk fase generatif (produksi). Pemangkasan pada daun di cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman sudah tumbuh optimal, yaitu saat tanaman berumur 75-80 hst (untuk di dataran rendah) dan umur 90 hst (untuk di dataran tinggi. Waktu perempelan ini selain dipengaruhi oleh lokasi penanaman, juga tergantung dari varietas yang digunakan |
Gambar. Gulma di sekitar pertanaman cabai
Gulma pertanaman cabai berupa gulma tekian, daun lebar, dan gulma rumput.
Contoh gulma:
Golongan gulma daun lebar yang menjadi inang kutu kebul (Bemisia tabaci) penyebab penyakit virus kuning (Pepper yellow leaf curl virus) pada tanaman cabai yaitu gulma babandotan atau wedusan (Agregatum conyzoides). Apabila tanaman terserang penyakit ini dapat menurunkan hasil hingga 75%, terutama pada musim kemarau.
Tabel. Upaya pengendalian gulma di pertanaman cabai
No | Upaya Pengendalian Gulma | Penjelasan |
---|---|---|
1 | Upaya pencegahan | Langkah pencegahan yang dilakukan di antaranya yaitu menggunakan benih cabai berkualitas, menggunakan pupuk organik yang sudah dikompos matang, memelihara kebersihan alat pertanian, memasang mulsa plastik hitam perak sebelum pindah tanam bibit cabai. |
2 | Pengendalian secara Fisik/Mekanik | |
a. Pengendalian | Pengolahan lahan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, dan traktor sebelum tanam dapat mengurangi pertumbuhan gulma dan mematikan biji gulma dalam tanah. | |
b. Penyiangan Gulma (Pemangkasan/mowing) | Penyiangan gulma merupakan pengendalian mekanik yang dapat dilakukan dengan mencabut gulma dengan tangan maupun dengan alat pertanian (cangkul, arit). Gulma yang terkumpul dari selanjutnya dibakar/dibuang jauh dari lahan budi daya atau dapat juga dikomposkan. Periode kritis tanaman cabai merah akibat persaingan dengan gulma yaitu saat tanaman berumur 30-45 hari setelah tanam, sehingga waktu penyiangan terbaik dilakukan pada saat waktu tersebut. Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan dengan minimal setiap 4 minggu sekali. | |
3 | Pengendalian Kultur Teknis (Rotasi Tanaman) | Tidak menanam satu jenis tanaman sepanjang tahun dapat mengurangi intensitas pertumbuhan gulma di lahan pertanian. Mengatur pola tanam (rotasi tanaman/pergiliran tanaman) dalam satu tahun penting dilakukan terutama pada lahan pertanian yang produktif. |
4 | Pengendalian Biologis | Pengendalian gulma secara biologis yaitu dengan menggunakan makhluk hidup/musuh alami, agens hayati, parasitoid, predator yang efektif menekan pertumbuhan gulma dan yang dapat menjadi sumber hama dan penyakit yang hidup di gulma sekitar pertanaman cabai. Contoh: golongan insekta, bakteri, dan fungi |
5 | Pengendalian Kimiaswi dengan Herbisida | Pengendalian gulma dengan herbisida nabati dilakukan dengan menyemprotkan herbisida yang berasal dari organ tumbuhan yang mengandung alelopati, yang dapat menghambat pertumbuhan gulma yang tidak diinginkan. Contoh herbisida nabati yaitu dari bahan daun atau bunga kenikir, daun rumput bambu, bawang putih. Pengendalian gulma dengan herbisida kimia dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida di sekitar bedengan yang ditumbuhi gulma. Langkah ini merupakan pilihan terakhir apabila upaya lainnya tidak bisa mengatasi pertumbuhan gulma dan pemberiannya harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Contoh herbisida kimia pascatumbuh yaitu berbahan aktif glifosat, paraquat, glufusinat dan propanil. |
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama dan penyakit) adalah upaya untuk menekan serangan OPT yang dapat menurunkan produksi tanaman pada cabai dengan menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sehingga tidak merugikan secara ekonomi dan aman bagi lingkungan.
Contoh organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman cabai di antaranya:
Hama: trips, tungau kuning, lalat buah, kutu daun persik, ulat grayak, kutu kebul, ulat buah, lalat pengorok daun.
Penyakit: layu bakteri, layu fusarium, busuk buah antraknosa, bercak daun.
Penyakit Virus: gabungan dari beberapa jenis virus seperti virus kuning, virus kerupuk, mosaik keriting, kerdil, nekrosis.
Tata pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tanaman yaitu:
Pengamatan terhadap OPT dilakukan secara berkala yaitu 1 minggu sekali secara rutin dari setelah tanam, dengan mengambil contoh OPT untuk mengetahui jenis dan jumlah populasinya.
Pengambilan tanaman contoh yang dapat mewakili kondisi di lahan secara keseluruhan dengan metode acak sistematis.
Luas lahan ≤ 2.000 m2, jumlah 10 tanaman contoh
Luas lahan > 2.000-4.000 m2, jumlah 20 tanaman contoh
Luas lahan > 4.000-6.000 m2, jumlah 30 tanaman contoh
Luas lahan > 6.000-8.000 m2, jumlah 40 tanaman contoh
Luas lahan > 8.000-10.000 m2, jumlah 50 tanaman contoh
Pengacakan dilakukan sekali yaitu pada contoh pertama. Penentuan contoh selanjutnya menggunakan interval jarak tertentu, misalnya setiap 1 m atau 10 rumpun. Contoh: 1 petak lahan terdapat 10 tanaman, interval yang digunakan 10 rumpun, maka pengambilan contoh tanaman 100 : 10 = 10 tanaman.
Keterangan X dalam lingkungan merah adalah tanaman contoh
Gambar. Skema alur penngambilan tanaman contoh
Dari hasil pengamatan dapat diidentifikasi gejala serangan, jenis OPT, intensitas serangan, dan mencari tahu musuh alaminya.
Memutuskan cara untuk pengendalian yang tepat atau bisa juga dikonsultasikan dengan petugas POPT atau petugas dinas pertanian setempat dan melakukan tindakan pengendalian.
Tabel. Hama dan penyakit yang menyerang pertanaman cabai
Jenis dan Gejala Serangan | Rekomendasi Pengendalian |
---|---|
A. Hama | |
Sumber: Thrips-iD (http://www.thrips-id.com/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Kutu daun persik dan kutu daun kapas Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/) (https://entnemdept.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: Agrokompleks Kita (https://agrokomplekskita.com/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Gejala pada daun dan lalat pengorok daun Sumber: Insect Images – Gejala daun (https://www.insectimages.org/) CABI Digital Library – Lalat pengorok daun (https://www.cabidigitallibrary.org/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: Benih Pertiwi (https://benihpertiwi.co.id/) Gejala serangan:
|
|
B. Penyakit | |
Layu bakteri dan ooze bakteri R. solanacearum Sumber: Flickr – Scot Nelson (https://www.flickr.com/ Yniversity of Florida – Bacterial Wilt (https://plantpath.ifas.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: CABI Plantwise Plus (https://plantwiseplusknowledgebank.org/) Gardener – Fusarium Wilt (https://gardener.fandom.com/) Gejala serangan:
|
|
C. capsici Sumber: Invasive (https://www.invasive.org/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: University of Florida (https://plantpath.ifas.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
| |
C. Penyakit Virus | |
Sumber: University of Florida – TYLC (https://plantpath.ifas.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Sumber: Agrokompleks Kita (https://agrokomplekskita.com/) Gejala serangan:
|
|
Cucumber Mosaic Virus (CMV) Sumber: Forestry Images (https://www.forestryimages.org/) Gejala serangan:
|
|
Tobacco Mosaic Virus (TMV) Sumber: University of Florida – Pepper Mild Mottle Virus (https://edis.ifas.ufl.edu/) Gejala serangan:
|
|
Tabel. Musuk alami pengendali OPT tanaman
No | Musuh Alami | Gambar |
---|---|---|
1 | Hemiptarsenus varicornis Parasitoid hama lalat pengorok | Sumber: Encyclopedia of Life (https://eol.org/) |
2 | Eriborus argenteopilosus dan Rhynocoris sp. Parasitoid larva hama ulat grayak (S. litura) | Sumber: Forestry Images (https://www.forestryimages.org/) |
3 | Menochilus sexmaculatus Predator hama kutu kebul (Bemisia tabaci) dan trips (Thrips parvispinus) | Imago dan larva kumbang koksi Sumber: Kerama Islands (http://www.keramaislands.asia/) |
4 | Amblyseius cucumeris Predator alami trips dan tungau | Sumber: Bioplanet (https://bioplanet.eu/) |
5 | Beauveria bassiana Jamur endomopatogen efektif mengatasi kutu daun dan trips | Sumber: Greenhouse Canada (https://www.greenhousecanada.com/) |
6 | Steinernema spp. Nematoda yang melumpuhkan trips dan lalat pengorok | Sumber: Bioplanet (https://bioplanet.eu/it/) |
Minta bantuan Pak Dayat