Persiapan pertanaman merupakan tahapan budi daya tanaman yang pertama dilakukan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan budi daya cabai dan mengurangi risiko terjadinya kerugian hasil panen dengan melakukan perencanaan yang sistematis.
Persiapan pertanaman merupakan serangkaian kegiatan perencanaan yang dilakukan sebelum budi daya cabai dilakukan. Kegiatan persiapan pertanaman meliputi penentuan sistem pertanaman, penentuan irigasi dan drainase, hingga persiapan logistik selama budi daya mencakup perhitungan kebutuhan benih, pupuk, obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Jenis lahan : lahan kering / tegal dan lahan sawah
Bahan tanam : benih cabai merah dengan potensi hasil 7 ton/ha
Topografi lahan : datar
Penentuan sistem pertanaman ini sangat bergantung pada target hasil pertanaman, kondisi lahan, lingkungan, iklim (curah hujan), dan aspek sosial pelaku budi daya tanaman.
Monokultur cabai
Sistem pertanaman monokultur cabai merah
Bentuk bedengan dan jarak tanam penanaman cabai merah lahan kering atau tegalan
Keterangan: Lebar bedengan = 100 - 120 cm
Tinggi bedengan = 30 cm
Jarak antar bedengan = 30 - 50 cm
Jarak tanaman dalam baris = 40 - 50 cm
Jarak tanaman antar baris = 50 - 60 cm
Jarak tanam = 50 - 60 cm x 40 - 50 cm
Ukuran lubang tanam yaitu berdiameter 7,5 cm dengan kedalaman 5 - 7 cm.
Bentuk bedengan dan jarak tanam penanaman cabai merah lahan sawah
Keterangan:
Lebar bedengan = 150 cm
Tinggi bedengan = 50 cm
Jarak antar bedengan = 50 cm
Jarak tanaman dalam baris = 40 - 50 cm
Jarak tanaman antar baris = 50 - 60 cm
Jarak tanam = 50 - 60 cm x 40 - 50 cm
Ukuran lubang tanam yaitu berdiameter 7,5 cm dengan kedalaman 5 - 7 cm.
Lahan tegalan
Lahan Sawah
Penentuan sistem irigasi merupakan strategi pengelolaan air di lahan budi daya cabai untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sesuai dengan fase pertumbuhannya.
Jenis sistem irigasi yang digunakan pada lahan budi daya cabai merah yaitu Irigasi di atas permukaan tanah (furrow Irrigation). Sistem irigasi dengan menggunakan parit/alur kecil sebagai jalan air. air mengalir sesuai dengan kemiringan dan tanaman berada diantara parit tersebut, cocok untuk tanaman yang tidak tahan genangan.
Sumber air:
Lahan sawah π‘Ί sungai irigasi
Lahan kering π‘Ί pompa air atau air hujan
Fase | Kebutuhan |
---|---|
0 - 40 hari setelah pindah tanam | Air dibutuhkan untuk fase vegetatif. Lahan sawah π‘Ί parit digenangi selama 15-30 menit dilakukan 7-10 hari sekali. Lahan kering π‘Ί disiram dengan selang atau gembor dengan kebutuhan air 250 ml per tanaman per hari dilakukan 2 hari sekali atau dengan irigasi tetes yang dilakukan pagi dan sore hari selama 10 menit. |
40-50 hari setelah pindah tanam | Air dibutuhkan untuk pembungaan dan pembuahan. Lahan sawah π‘Ί parit digenangi selama 15-30 menit dilakukan 7-10 hari sekali. Lahan kering π‘Ί disiram dengan selang atau gembor dengan kebutuhan air 450 ml per tanaman per hari dilakukan 2 hari sekali atau dengan irigasi tetes yang dilakukan pagi dan sore hari selama 11-12 menit. |
Terdapat dua kegiatan yang mendukung pembuatan sistem drainase yaitu mengatur tingkat kemiringan lahan (land grading) dan penghalusan permukaan lahan (land smoothing). Pengaturan kemiringan dan penghalusan permukaan lahan dilakukan secara berkala untuk menjamin kemiringan tetap terjaga dan drainase dapat berjalan dengan optimal.
Sistem Drainase : Drainase permukaan tanah, yaitu drainase acak atau paralel Saluran drainase merupakan saluran yang sama dengan saluran irigasi yang kemudian dikumpulkan pada saluran yang tegak lurus dengan arah bedengan.
Drainase di atas permukaan tanah
(Sumber: https://www.fao.org/)
Persiapan logistik merupakan kegiatan yang dilakukan dalam persiapan pertanaman dengan mempersiapkan semua komponen yang dibutuhkan selama budi daya tanaman, mulai dari persiapan bahan tanam yaitu persiapan benih, persiapan pupuk, persiapan kebutuhan obat-obatan untuk Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), hingga mempersiapkan komponen pendukung pertumbuhan raga tanaman (bagi sebagian komoditas budi daya).
Tabel. Standar mutu benih cabai
Parameter | Nilai |
---|---|
Kadar air (maksimal) (%) | 7 |
Benih murni (minimal) (%) | 99,0 |
Kotoran benih (maksimal) (%) | 1 |
Daya Berkecambah (minimal) (%) | 75 |
Kebutuhan benih di lapangan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa komponen yang diketahui yaitu:
Informasi berat 1000 butir benih
Luas lahan budi daya
Jarak tanam
Daya tumbuh benih
Jumlah benih/bibit per lubang tanam
Rumus menghitung kebutuhan benih:
Kebutuhan benih = (L / JT) x (100 / DT) x JB x (Berat 1000 benih / 1000)
Keterangan:
L : Luas lahan
JT : Jarak tanam
DT : Daya Tumbuh (%)
JB : Jumlah benih per lubang
Perhitungan benih dengan lahan bedengan:
Jb = L/(Lbd+Jab) x Jtb) x Jub x Jbl x 100/Dt
Keterangan:
L : luas lahan (m2)
Lbd : lebar bedengan (m)
Jab : Jarak antar bedengan (m)
Jtb : Jarak tanaman dalam barisan (m)
Jub : Jumlah barisan
Jbl : Jumlah benih per lubang
Dt : Daya tumbuh benih (%)
Total berat benih = Jb/(jumlah benih dalam 1 pack/ berat benih 1 pack)
Jika luas lahan 1000 m2
Lebar bedengan = 100 cm
Jarak antar bedengan = 50 cm
Jarak tanaman dalam baris = 50 cm
Jarak tanaman antar baris = 60 cm
Jarak tanam = 50 cm x 60 cm
Daya tumbuh = 85 %
Jumlah tanaman per lubang = 1
Berat benih 1 pack = 10 g (rata-rata berat 2000 butir benih cabai)
Kebutuan benih cabai
Maka, kebutuhan benih untuk 1000m2 (50 cm x 20 m) adalah :
Jb = 1000/(1+0,5) x 0,5 x100) x 200 x 1 x 100/90 = 2.962,96/1000 m2 = 29.629,6/ha
Dibulatkan = 30.000 benih / ha
Total berat benih = 30.000/(2000/10gram) = 150 gram (sekitar 15 pack benih)
Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas tanaman.
Fase | Jenis dan Jumlah | Cara |
---|---|---|
Lahan Kering | ||
1 bulan sebelum penanaman | Pupuk kandang yang telah matang 20 ton / ha. | Pupuk disebar di atas permukaan lahan. |
Trichoderma spp. sebanyak 400-800 kg/ha. | Dihamparkan di atas bedengan. | |
Dolomit sebanyak 2-4 ton/ha atau 200-400 g/m2, tergantung seberapa masam pH tanah awal. | Ditaburkan di atas permukaan tanah pada masing-masing bedengan, kemudian diaduk menggunakan cangkul hingga merata. | |
1 minggu sebelum pindah tanam bibit | SP-36 (300 kg/ha) Atau NPK 16-16-16 (700-1000 kg/ha) | Ditaburkan di atas bedengan, kemudian diolah dan ditutup dengan tanah. |
6,9 minggu setelah tanam. 1 kali aplikasi yaitu 1/3 dosis | Urea (200-300 kg/ha) ZA (400-500 kg/ha) KCl (250-300 kg/ha) | Disebarkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah. |
Atau | Atau | Atau |
1 bulan setelah tanam (10-14 hari sekelai, minimal 8 kali selama pemeliharaan). | NPK 16-16-16 (300 - 500 kg/ha) | Dilarutkan dalam air (2 g/l air atau 2 sendok makan per 10 l air), dikocorkan ke sekitar lubang tanam (100-200 ml/tananam). |
2, 4, dan 6 minggu setelah pindah tanam. | Bacillus spp (10 ml/L) atau 200 ml larutan per lubang tanam. | Disiramkan ke lubang tanam. |
Lahan Sawah | ||
1 bulan sebelum penanaman. | Pupuk kandang yang telah matang 20 ton / ha. | Pupuk disebar di atas permukaan lahan. |
Trichoderma spp. sebanyak 400-800 kg/ha. | Dihamparkan di atas bedengan. | |
Dolomit sebanyak 2-4 ton/ha atau 200-400 g/m2, tergantung seberapa masam pH tanah awal. | Ditaburkan di atas permukaan tanah pada masing-masing bedengan, kemudian diaduk menggunakan cangkul hingga merata. | |
0, 4, 8 minggu setelah tanam. 1 kali aplikasi yaitu 1/3 dosis. | Urea (150-200 kg/ha) ZA (400-500 kg/ha) KCl (150-200 kg/ha) Atau NPK 16-16-16 (1 ton/ha) | Disebarkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah. |
2, 4, dan 6 minggu setelah pindah tanam. | Bacillus spp (10 ml/L) atau 200 ml larutan per lubang tanam. | Disiramkan ke lubang tanam. |
Perlakuan setelah pemupukan dasar yang dilakukan yaitu pemasangan mulsa, dilakukan dengan:
Dipasang mengikuti alur bedengan dengan lebar 100-150 cm dengan bagian plastik perak menghadap atas dan bagian hitam menghadap tanah/bawah
b. Waktu pemasangan mulsa dilakukan setelah penambahan pupuk dasar yaitu 1 minggu sebelum tanam cabai dimulai dan dilakukan pada waktu siang hari, karena mulsa plastik mudah ditarik saat cuaca panas.
Persiapan Mulsa
Kebutuhan mulsa dalam 1 hektar (100 x 100 ) meter:
Kebutuhan mulsa
Jarak antar bedengan = 50 cm
Lebar bedengan = 100 cm
Jarak antar bedengan + lebar bedengan = 150 cm = 1,5 m
Jumlah bedengan dalam 1 ha (100x100 m) =100/1,5 = 66,67 (dibulatkan 67)
Jumlah mulsa yang dibutuhkan = 67 x 100 meter
= 6700 meter mulsa dengan lebar 100 cm
Persiapan obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan strategi untuk menangani potensi kerugian akibat adanya gangguan OPT. Penggunaan obat-obatan ini merupakan langkah terakhir yang digunakan untuk pengendalian OPT ketika cara manual tidak bisa mengendalikan kerugian akibat OPT.
Penggunaan pestisida dalam konsep penanganan hama terpadu (PHT) penggunaan pestisida harus memenuhi enam tepat: yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.
Jenis OPT | Contoh Obat-Obatan | Cara Aplikasi |
---|---|---|
Thrips | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Confidor 0,25 -0,5 ml/L (500-750 L larutan / ha) | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di musim kemarau . Penyemprotan volume tinggi. |
Tungau Kuning | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Obat tungau akarisida | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di musim kemarau. |
Lalat Buah | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Curacron 1,5 β 3 ml/L | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari. Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian. |
Kutu Daun Persik dan Kutu Daun Kapas | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Curacron 1,5 β 3 ml/L | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari. Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian. |
Kutu Kebul | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Curacron 1,5 β 3 ml/L | β Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari.. β Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian. |
Ulat Grayak | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Curacron 1,5 β 3 ml/L | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari. Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian. |
Lalat Penggorok Daun | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari. |
Minecto Xtra 0,2 ml/L | Penyemprotan volume tinggi (500 liter /ha), diaplikasikan saat fase vegetatif dan pembuahan dengan dengan interval 7-14 hari. | |
Ulat Buah | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Minecto Xtra 0,4 ml/L | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari Penyemprotan volume tinggi (500 liter /ha), diaplikasikan saat fase vegetatif dan pembuahan dengan dengan interval 7-14 hari. |
Layu Bakteri | Bakterisida starner 20 WP ( 25 gram / 16 liter air) | Penyemprotan pada media tanam pada 7 hari sebelum pindah tanam, setelah tebar benih, pada persiapan lahan sebelum mulsa ditutup, dan 7-30 hari setelah pindah tanam. |
Bacillus spp, pengaturan irigasi, penggunaan pupuk kandang yang matang, dan bijak dalam penggunaan pupuk urea. | Budidaya dilakukan dengan sesuai anjuran. | |
Layu Fusarium | Pencabutan Rotasi tanaman dan pemberian Trichoderma | Ketika gejala layu fusarium tampak, tanaman dicabut dan dibakar. Penggunaan Trichoderma saat persiapan lahan yang dicampur dengan pupuk kandang. |
Busuk Buah | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Bion M 2 gram / liter | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di musim kemarau. Penyemprotan volume tinggi saat pembentukan buah pertama (45-55 hari setelah tanam) dengan interval 3-4 hari. |
Bercak Daun | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Amistar top 0,5-1 ml/L | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di musim kemarau. Penyemprotan pertama dilakukan sebelum tampak gejala dan diulang setiap 7-14 hari. |
Busuk Phytopthora Capsici | Pestisida nabati 100 ml/ 14-16 liter Bion M 2,5 gram / liter | Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di musim kemarau. Penyemprotan volume tinggi saat pembentukan buah pertama (45-55 hari setelah tanam) dengan interval 3-4 hari. |
Virus Kuning | Penggunaan varietas toleran/tahan Pengendalian kutu kebul | Tanjung 1, tanjung 2, lembang 1, Hot beauty, hot chili, TM 999. Rotasi tanaman dan penyemprotan pestisida. Rotasi tanaman dan penyemprotan pestisida. |
Virus Kerupuk | Pengendalian kutu daun sebagai vektor Pengendalian gulma | Rotasi tanaman dan penyemprotan pestisida. Penggunaan mulsa perak hitam. |
Virus Mosaik Keriting | Pengendalian kutu daun sebagai vektor Pengendalian guma | Rotasi tanaman dan penyemprotan pestisida. Penggunaan mulsa perak hitam. |
Pemasangan ajir adalah kegiatan memasang penyangga di dekat tanaman cabai, terbuat dari bilah bambu sebagai penyangga pertumbuhan tanaman agar tumbuh kokoh, kuat, dan saat tanaman tumbuh semakin tinggi sehingga tanaman tidak mudah rebah.
a. Alat : golok/pisau, tali rafia
b. Bahan : bambu
Hal-hal yang diperhatikan
Jarak : 3 cm dari tanaman cabai merah
Kedalaman : 15-20 cm Umur 30-40 hari setelah pindah tanam : Diikat di bawah cabang utama
Umur 1,5 bulan setelah pindah tanam : Diikat di cabang utama
Umur 2 bulan setelah pindah tanam : Antar ajir diikat secara horizontal untuk menahan terpaan angin
Bentuk dan Ukuran Ajir
Pemasangan Ajir pada Tanaman Cabai
(Sumber: https://ktgindonesia.com/)
Minta bantuan Pak Dayat