Nicholas Dwi Chandra
21 Agustus 2024
Cabai ● 8 menit
Nicholas Dwi Chandra
21 Agustus 2024
Cabai ● 8 menit
Pada bulan Agustus 2024, harga cabai merah mengalami kenaikan hingga 5% dalam hitungan hari menjelang perayaan kemerdekaan RI. Harga cabai rawit bahkan meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu 3 bulan di akhir tahun 2023.
Umumnya, kenaikan harga cabai naik pada musim hujan dan turun kembali pada musim kemarau. Namun, naik-turun harga cabai juga sering terjadi di luar prediksi.
Sebagai komoditas yang dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, keberadaan cabai seakan sulit dipisahkan dari hidangan. Tak heran, naik-turunnya harga cabai menjadi pertimbangan penting bagi konsumen.
Lantas, apa yang menyebabkan harga cabai di Indonesia rentan mengalami fluktuasi? Agar dapat memahaminya, Sobat Tani perlu memahami karakteristik tanaman cabai terlebih dahulu.
Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang cukup sensitif terhadap air. Untuk menghindari kebusukan tanaman dan buah cabai, penanaman cabai umumnya dilakukan pada akhir musim penghujan (Maret-April) atau awal musim kemarau (Mei-Juni).
Pengairan berlebih seperti pada hujan badai atau banjir dapat menyebabkan risiko kematian tanaman dan gagal panen. Secara umum, tanaman cabai dapat hidup di kondisi panas dan kering selama masih mendapat pengairan yang memadai.
Tanaman cabai memerlukan waktu yang lebih lama hingga masa panen dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya, yakni 80-90 hari setelah tanam. Hal tersebut menjadikan cabai sebagai komoditas dengan harga relatif lebih tinggi dan mudah naik dibandingkan sayur atau buah lainnya.
Panen cabai rawit
Sumber: ANTARA Foto
Dalam satu siklus hidup, tanaman cabai dapat menghasilkan panen sebanyak 3-4 kali dalam kurun waktu sekitar 4 bulan. Meski dapat dikonsumsi sejak berwarna hijau, sebagian petani menunggu buah cabai hingga berwarna merah (matang) agar dapat dijual dengan harga lebih tinggi.
Selama masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai, gangguan eksternal kerap menyebabkan gagal panen. Beberapa penyebab gagal panen pada tanaman cabai antara lain meliputi cuaca ekstrem (hujan maupun kekeringan), penyakit, dan serangan hama.
Meskipun petani cabai dapat merencanakan musim tanam, anomali musim kerap terjadi dan menyebabkan cuaca tidak terduga. Sistem lahan yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan kebusukan pada tanaman cabai.
Kebun cabai tergenang air
Sumber: iNews
Selain kebusukan akibat hujan dan banjir, cuaca ekstrem juga dapat menyebabkan munculnya patogen penyebab penyakit pada tanaman cabai. Beberapa contoh penyakit cabai yang muncul akibat air berlebih adalah antraknosa, layu Fusarium, dan layu bakteri.
Serangan hama dapat juga menimbulkan kerugian tidak terduga pada tanaman cabai. Hama yang umum ditemukan menyerang tanaman cabai adalah Thrips, tungau kuning, lalat buah, kutu daun, dan ulat. Hama tersebut dapat memakan bagian tanaman cabai hingga habis.
Layu Fusarium pada tanaman cabai
Sumber: Chavdarov et al. (2013)
Tidak hanya memakan tanaman, sebagian hama juga menjadi vektor atau perantara penyebaran virus tanaman cabai seperti Virus Gemini, Virus Kerupuk, dan Virus Kuning. Serangan virus pada tanaman cabai bersifat mematikan dan umumnya tidak bisa disembuhkan.
Berbagai faktor lingkungan ini menyebabkan tanaman cabai mengalami gagal panen. Akibatnya, stok cabai menipis dan membuat konsumen sulit mendapatkan cabai. Kekurangan suplai tersebut memicu kenaikan harga jual cabai kepada konsumen yang dikenakan pedagang demi menjaga pemasukan mereka.
Cabai menjadi salah satu hasil pertanian yang permintaannya tinggi di sepanjang tahun. Dalam waktu tertentu, permintaan cabai dapat meningkat, seperti pada hari raya dan perayaan tertentu. Perubahan permintaan ini seringkali tidak diimbangi dengan ketersediaan cabai sehingga terjadi kelangkaan cabai dan peningkatan harga signifikan.
Berdagang cabai di pasar
Sumber: Solopos
Lonjakan permintaan cabai di luar musim panen menjadi penyebab utama harga cabai meningkat. Sebagai contoh, hasil panen tanaman cabai di musim penghujan tentu akan lebih rendah dibandingkan pada musim kemarau. Dengan demikian, harga cabai lebih tinggi pada musim penghujan.
Sebaliknya, ketika panen cabai melimpah (panen raya), harga cabai akan relatif lebih murah. Harga yang murah tersebut kadang mendorong sebagian pihak untuk menahan peredaran cabai di pasar dengan penyimpanan terlebih dahulu.
Penyimpanan cabai merupakan faktor penting dalam mendukung ketersediaan cabai di sepanjang tahun. Cabai merah yang disimpan dengan baik dapat bertahan hingga 62 hari, sedangkan cabai rawit selama 78 hari.
Penyimpanan yang kurang baik dapat menyebabkan rusaknya stok cabai dan kenaikan harga cabai di pasar. Dalam banyak kasus, stok cabai di penyimpanan gudang mengalami kebusukan karena kelembapan udara berlebih.
Penyimpanan cabai
Sumber: ANTARA News
Fluktuasi harga cabai memang tidak dapat dihindari. Namun, dengan perencanaan tanam, pengendalian hama-penyakit, dan manajemen stok cabai yang ideal, kelangkaan pasokan cabai dapat ditekan sehingga fluktuasi harga cabai dapat ditekan.
Referensi
Chavdarov, P., et al. (2013). Phytopathogens Causing Wilt in Pepper – Distribution, Symptoms and Identification. Agroznanje, vol. 14 pp.549-556.
Mardiyati, S., & Natsir, M. Fluctuations and trends in the prices of red chilies and cayenne peppers in the traditional markets of Makassar City. 7th International Conference on Agriculture, Environment, and Food Security.
SPKP Kementerian Perdagangan RI.
Sevirasari, N., et al. (2023). Modul Pembelajaran Praktik Pertanian Terbaik Budi Daya Cabai Merah. Edufarmers International.
Minta bantuan Pak Dayat