Nicholas Dwi Chandra
09 Agustus 2024
Kakao ● 7 menit
Nicholas Dwi Chandra
09 Agustus 2024
Kakao ● 7 menit
Kakao adalah salah satu komoditas favorit di berbagai belahan dunia. Namun, belakangan ini kakao menjadi langka dan memicu kenaikan harga signifikan. Sebagai respons dari kondisi tersebut, Edufarmers International berinsiatif melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada industri perkebunan kakao di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Sulawesi merupakan produsen utama kakao dengan Sulawesi Tengah sebagai lahan perkebunan kakao paling luas. Meski demikian, Andi Amirullah selaku Field Manager Operations Kakao Edufarmers International dan Ananda Ghading Kurniawan, Tenaga Ahli Edufarmers International menyatakan bahwa sering terdapat kekurangan pasokan bibit kakao di Sulawesi Tengah.
Untuk itu, Edufarmers mengadakan kegiatan nursery kakao dan edukasi untuk meningkatkan kapasitas petani kakao lokal. Lantas, bagaimana kegiatan ini dapat mendukung kemajuan petani kakao lokal di tengah kelangkaan kakao global? Simak hasil penelusuran Edufarmers bersama Andi dan Ghading.
Andi mengemukakan hasil observasi petani kakao di Sulawesi Tengah bahwa budidaya kakao sebagian besar masih mengandalkan metode konvensional. Para petani masih mengandalkan kesuburan tanah dan jenis bibit seadanya.
Sekitar 90 persen perkebunan kakao di Indonesia merupakan perkebunan rakyat, yakni perkebunan yang dikelola sepenuhnya oleh rakyat dengan metode pengelolaan kebun dan pasca panen beragam. Hal tersebut menjadikan kualitas hasil bibit dan panen kakao relatif beragam.
Mengingat terbatasnya jumlah bibit yang berkualitas yang dengan harga terjangkau, diperlukan upaya untuk menghasilkan bibit kakao berkualitas secara lebih masif. Edufarmers International melakukan program pendidikan dan pelatihan budidaya kakao bagi petani kakao serta generasi muda setempat. Sejumlah 1.500 peserta yang terdiri dari petani dan pemuda belajar mengenai komoditas kakao, dari persiapan benih, pembibitan, panen, hingga aspek bisnis.
Pelatihan pembibitan kakao Edufarmers
Ghading menyampaikan bahwa program nursery atau persemaian kakao ini mengajarkan para petani tentang trik budidaya bibit kakao agar bisa memberikan hasil bibit yang berkualitas dalam waktu yang lebih cepat. Hal ini diharapkan dapat menekan harga bibit kakao yang sebelumnya sering menjadi hambatan bagi minat berkebun para petani.
Percobaan nursery kakao Edufarmers
Partisipasi pemuda dalam program ini bertujuan untuk menjamin keberlanjutan sumber daya manusia dalam budidaya kakao. Para pemuda ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas produksi kakao Indonesia di kancah global dan meneruskan usaha para petani rakyat yang mayoritas telah berusia 40-50 tahun dengan cara semi-modern. Hal ini penting dilakukan untuk mengatasi ketergantungan petani pada kesuburan lahan serta meningkatkan kemandirian dan kreativitas petani kakao. Lebih lanjut, Edufarmers juga bekerja sama dengan perusahaan perkebunan kakao swasta seperti Mars dan JB Cocoa dalam meningkatkan kapasitas petani rakyat dalam pengelolaan kakao secara berkelanjutan.
Kelangkaan kakao di level global menyebabkan peningkatan harga secara signifikan selama beberapa bulan terakhir. Saat ini, harga kakao berada di kisaran US$8.200, dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan awal tahun 2024. Bahkan, harga bahan baku cokelat ini sempat menembus US$12.000 pada bulan April 2024.
Tren harga kakao global
Sumber: Trading Economics (tangkap layar, 8 Agustus 2024)
Salah satu faktor penyebab kelangkaan kakao akhir-akhir ini fenomena El Nino yang ekstrim. El Nino Southern Oscillation (ENSO) atau fase hangat mengacu pada fenomena iklim berupa peningkatan suhu permukaan laut dan tekanan atmosferik, khususnya di bumi bagian selatan hingga khatulistiwa. Hal ini tidak terlepas dari perubahan iklim global yang menyebabkan ketidakpastian cuaca semakin parah.
Fenomena El Nino menyebabkan kekeringan ekstrim serta suhu panas. Hal tersebut berdampak pada penurunan produktivitas kakao. Adapun suhu optimal untuk budidaya kakao berkisar di 18-32°C. Di sisi lain, sering ditemukan kondisi hujan ekstrim secara acak yang meningkatkan risiko pembusukan pada tanaman. Saat ini, kelangkaan kakao di Sulawesi Tengah menyebabkan harga membengkak hingga hampir Rp200.000 per kg.
Di samping penurunan produktivitas lahan, terdapat peningkatan permintaan kakao global sepanjang beberapa tahun terakhir. Namun, budidaya kakao memerlukan investasi waktu cukup panjang hingga usia 3-4 tahun sebelum siap panen. Hal tersebut menjadikan sedikitnya petani yang berminat untuk mengembangkan bibit kakao.
Selain itu, perkebunan dan pembibitan kakao memerlukan proses perizinan dan sertifikasi benih serta tenaga ahli yang cukup kompleks dan memakan biaya sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Maka dari itu, Edufarmers juga berupaya melakukan advokasi kepada pemerintah setempat untuk mempermudah perizinan dan sertifikasi kakao lokal. agar minat berkebun petani rakyat meningkat.
Pendekatan inklusif yang dilakukan oleh Edufarmers diharapkan dapat menjembatani peningkatan minat petani kakao lokal dalam bertani kakao. Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani rakyat di tengah momentum peningkatan harga kakao global.
Referensi
Bloomberg. (2024). Chocoholics Won’t Be the Only Victims of Cocoa’s Surge. https://www.bloomberg.com/opinion/articles/2024-03-26/chocoholics-aren-t-the-only-victims-of-cocoa-s-surge.
Ritchie, H. (2024). The chocolate price spike: what’s happening to global cocoa production? Sustainability by Numbers. https://www.sustainabilitybynumbers.com/p/cocoa-prices.
Trading Economics. Cocoa. https://tradingeconomics.com/commodity/cocoa.
Wulandari, P., et al. (2023). Modul Pembelajaran Teknik Budidaya Kakao. Edufarmers International.
Minta bantuan Pak Dayat