Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan pelaku budi daya tanaman untuk memberikan kondisi lingkungan sebaik mungkin untuk tanaman yang dibudidayakan agar memperoleh produksi yang maksimal dan berkualitas.
Pengelolaan air, terutama menjamin ketersediannya didalam lahan budidaya menjadi salah satu kunci penting dalam kegiatan budidaya tanaman, tidak terkecuali budidaya jagung. Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang, berkisar antara 400-500 mm (FAO 2001).
Sebagian besar lahan budidaya jagung terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat. Khusus pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, masih tersisanya lengas tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sementara itu, penundaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya cekaman kekurangan air pada fase pertumbuhan sampai pembentukan biji. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi pengelolaan air bagi tanaman jagung.
Agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang optimal maka perlu dipahami fase-fase pertumbuhan jagung krusial, dimana kebutuhan air menjadi salah satu faktor utama penentu keberhasilan.
Gambar 1. Periode kritis tanaman jagung terhadap kondisi kekurangan air
Tabel 1. Periode kritis tanaman jagung terhadap irigasi
No | Fase | Umur | Urgensi |
---|---|---|---|
1 | VT - R2 (Pembungaan - Blister) | 45-65 | Pada fase ini kebutuhan air tanaman jagung berkisar antara 0,5 – 0,7 liter/tanaman/hari. Penurunan hasil terbesar terjadi apabila tanaman mengalami kekurangan air pada fase pembungaan, bunga jantan dan bunga betina muncul yang kemudian berlanjut ke proses penyerbukan. Penurunan hasil tersebut disebabkan oleh kekurangan air yang mengakibatkan menurunnya persentase keberhasilan penyerbukan, sehingga jumlah biji dalam tongkol berkurang. Kekurangan air pada tahap Blister juga akan menyebabkan penurunan kemampuan akumulasi padi pada bakal biji. |
2 | R2 - R3 (Blister - Masak Susu) | 65-70 | Kekurangan air pada fase pengisian/pembentukan biji dapat menurunkan hasil secara nyata akibat mengecilnya ukuran biji sebagai dampak rendahnya kemampuan akumulasi asimilat. |
3 | V8-VT (Daun 8 - Pembungaan) | 28-45 | Kekurangan air pada fase ini akan berpengaruh terhadap keragaan tanaman. Pada fase ini pertumbuhan jagung sangat cepat, jika kebutuhan air tidak terpenuhi maka akan menyebabkan hambatan |
Pada dasarnya irigasi pada tanaman jagung dapat dilakukan menggunakan semua jenis teknik irigasi, namun teknik irigasi yang umum digunakan pada budidaya jagung adalah irigasi alur (furrow)/irigasi permukaan/irigasi gravitasi. Lama dan frekuensi irigasi dapat disesuaikan dengan kondisi lengas tanah dan pertanaman. Jika selama pertumbuhan tanaman jagung, lengas tanah pada kondisi memadai, kegiatan irigasi dapat ditiadakan.
Gambar 2. Irigasi alur (furrow)/irigasi permukaan pada pertanaman jagung
Tanaman jagung adalah tanaman input tinggi dan membutuhkan nutrisi yang baik serta kelembaban yang cukup untuk mencapai hasil yang tinggi. Idealnya pemupukan jagung dilakukan 3 kali, yaitu pada fase awal pertumbuhan (V3), V7-V8 dan V11-Vn dengan jumlah hara yang memadai di setiap kali pemupukan.
Gambar 3. Pemupukan tanaman jagung
Tabel 2. Jenis pupuk, dosis, dan teknik aplikasi untuk tanaman jagung
Pupuk | Dosis/Waktu (Kg/Ha) | Teknis Aplikasi | |||
---|---|---|---|---|---|
-5 HST | 7-10 HST | 20-25 HST | 40-45 HST | ||
Pupuk Organik | 5.000 | - | - | - | Broadcast |
NPK | - | 100 | 150 | 100 | Spot Placement |
ZA | - | 50 | - | - | Spot Placement |
SP26 | - | 50 | - | - | Spot Placement |
Urea | - | - | 100 | 100 | Spot Placement |
Tabel 3. Cara dan waktu aplikasi pupuk untuk tanaman jagung
Waktu | Teknis Aplikasi |
---|---|
-5 HST | Pupuk organik dapat disebar atau ditaburkan membentuk larikan |
7-10 HST | Campurkan pupuk ZA, NPK dan SP26 sesuai rekomendasi. Aplikasikan pupuk yang sudah dicampur dengan metode Spot Placement (5-8 cm dari tanaman jagung) |
20-25 HST | Campurkan pupuk NPK dan Urea sesuai rekomendasi. Aplikasikan pupuk yang sudah dicampur dengan metode Spot Placement (5-8 cm dari tanaman jagung) |
40-45 HST | Campurkan pupuk NPK dan Urea sesuai rekomendasi. Aplikasikan pupuk yang sudah dicampur dengan metode Spot Placement (5-8 cm dari tanaman jagung). |
Meskipun sudah dilakukan pemupukan sesuai rekomendasi, seorang angronom tetap harus memantau dan memonitor kondisi pertanaman. Perbedaan faktor lingkungan mungkin saja mngurangi efektivitas pemupukan. Cara sederhana untuk melihat respon tanaman jagung terhada pemupukan dapat dilihat dari daunnya. Jika terdapat tanda defisiensi unsur hara, maka segera lakukan pemupukan susulan.
Gambar 4. Kondisi daun jagung pada berbagai kondisi cekaman
Fokus utama dari kegiatan pengendalian gulma adalah mengurangi bank benih gulma di dalam tanah, membatasi jumlah gulma yang muncul di lahan selama waktu tanam jagung, dan menjaga lahan bebas gulma selama tahap kritis pertama jagung, yaitu fase perkecambahan (V1-V3).
Kegiatan pengendalian gulma sudah dimulai pada tahap persiapan lahan, dimana gulma dikendalikan secara mekanis kemudian dilanjutkan dengan teknik kimiawi.
Gambar 5. Pengendalian gulma pada tanaman jagung secara mekanis
Tabel 4. Pengendalian gulma berdasarkan fase budidaya
No | Fase Budidaya | Metode Aplikasi | Teknis Aplikasi |
---|---|---|---|
1 | Pengolahan Lahan | Mekanis | Alat dan Bahan: 1. Sabit/parang 2. Traktor 3. Cangkul Cara Kerja: 1. Paras/tebas gulma-gulma yang sudah terlalu tinggi, jika ada gulma jenis anak kayu (berkayu) maka harus di tebang dulu sampai pangkal kemudian setelah pembajakan akarnya diambil dan dibuang. 2. Lakukan pembalikan tanah melalui pembajakan sehingga gulma terbenam oleh lapisan tanah. |
2 | Pengolahan Lahan | Kimiawi | Alat dan Bahan: 1. Sprayer 2. Herbisida Boral 480 SC 3. Gelas Ukur 4. Air Cara Kerja: 1. Larutkan herbisida Boral 480 SC dengan konsentrasi 1 ml/liter air. 2. Semprotkan larutan herbisida ke tanah pada H-7 sampai H-4 (setelah pembajakan). Penyemprotan ini bertujuan untuk mengendalikan benih gulma yang ada di dalam tanah. |
3 | V3-V5 (Insidental, sesuai kondisi gulma, jika sebelum umur 21 HST pertumbuhan gulma sudah perlu dikendalikan maka harus segera dikendalikan) | Kimiawi | Alat dan Bahan: 1. Sprayer 2. Herbisida Vicenza 3. Gelas Ukur 4. Air Cara Kerja: 1. Larutkan herbisida Vicenza (herbisida + surfaktan) sesuai dengan petunjuk di kemasan herbisida (takaran memakai tutup botol; tiap ukuran herbisida memiliki takaran yang berbeda) 2. Semprotkan ke gulma secara merata 3. Penyemprotan dapat dilakukan pada pukul 06:00 - 10:00, hindari penyemprotan yang melebihi pukul 10:00. |
Kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit menjadi momok yang ditakuti oleh petani, tidak terkecuali petani jagung. Untuk meminimalkan resiko kehilangan akibat serangan ini maka perlu dilakukan perencanaan pengendalian hama dan penyakit yang matang.
Perencanaan ini dibuat berdasarkan kondisi wilayah dan riwayat serangan hama dan penyakit di lahan pertanaman jagung dan sekitarnya. Idealnya, pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu untuk memaksimalkan efektivitas dan efisiensinya.
Gambar 6. Pengendalian hama pada tanaman jagung secara kimiawi
Gambar 7. Hama utama yang muncul di pertanaman jagung
Text BoxHama utama yang sering dijumpai pada pertanaman jagung dan berpotensi menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlah besar adala hama belalang/kepiting (Locusta sp; Oxya chinensis atau Parathelphusa convexa) yang biasanya mulai menyerang pada awal perkecambahan serta hama FAW (Fall Armyworm) (Spodoptera frugiperda) yang mulai menyerang pada umur 2 MST.
Tabel 5. Pengendalian hama sasaran pada tanaman jagung
No | Hama Sasaran | Waktu Aplikasi | Teknis Aplikasi |
---|---|---|---|
1 | Belalang / kepiting | 1-2 MST (Insidental, dilakukan jika terdeteksi serangan dan berpotensi merugikan) | Insektisida : Decis 25 EC Cara Aplikasi: 1. Larutkan insektisida Decis 25 EC ke dalam air dengan konsentrasi 2 ml/liter air. 2. Semprotkan secara merata ke tanaman jagung. Aplikasikan pada pagi hari. |
2 | FAW (Fall Armyworm) | 2 MST (Preventif, dilakukan jika diketahui riwayat seragangan FAW tinggi/terjadi serangan di daerah sekitar lahan) | Insektisida : Furadan 3GR Cara Aplikasi: Taburkan sedikit (0,5 - 1 gram) Furadan (granul) pada bagian atas titik tumbuh tanaman jagung. |
3 | FAW (Fall Armyworm) | 3-6 MST (Insidental, dilakukan jika terdapat serangan yang melebihi ambang ekonomi) | Insektisida : Sapporo 52 EC Cara Aplikasi: 1. Larutkan insektisida Sapporo 52 ke dalam air dengan konsentrasi 2 ml/liter air. 2. Semprotkan secara merata ke tanaman jagung. Aplikasikan pada pagi hari. |
Selain hama, penyakit pada tanaman jagung juga berpotensi menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlah besar jika tidak dikendalikan dengan baik. Penyakit utama pada tanaman jagung yang dapat menyebabkan kehilangan dalam jumlah besar adalah penyakit bulai/Downy Mildew (DM) (Peronosclerospora maydis), penyakit busuk batang (Erwinia chrysanthemi) dan penyakit karat daun (Puccinia polysora dan Puccinia sorghi).
Gambar 8. Penyakit Bulai/DM Pada Tanaman Jagung
Gambar 9. Penyakit Busuk Batang Pada Tanaman Jagung
Gambar 10. Penyakit Karat Daun Pada Tanaman Jagung
Gambar 11. Penyakit Utama Yang Menyerang Pertanaman Jagung
Tabel 6. Tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman jagung
No | Penyakit | Pencegahan (Preventif) | Pengendalian (Kuratif) |
---|---|---|---|
1 | Bulai/Downy Mildew (P. maydis) |
|
|
2 | Busuk Batang (Erwinia chrysanthemi) |
|
|
3 | Karat Daun (Puccinia polysora; Puccinia sorghi) |
|
|
Minta bantuan Pak Dayat