Persiapan pertanaman merupakan serangkaian kegiatan perencanaan yang dilakukan sebelum budi daya dilakukan. Persiapan pertanaman pada budi daya jagung dilakukan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan budi daya jagung dan mengurangi risiko terjadinya kerugian hasil panen dengan melakukan perencanaan yang sistematis.
Kegiatan persiapan pertanaman meliputi penentuan sistem pertanaman, penentuan irigasi dan drainase, hingga persiapan logistik selama budi daya mencakup perhitungan kebutuhan benih, pupuk, obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Jenis lahan : lahan irigasi
Bahan tanam : benih jagung hibrida dengan potensi hasil 10-12 ton/ha
Topografi lahan : datar
Penentuan sistem pertanaman ini sangat bergantung pada target hasil pertanaman, kondisi lahan, lingkungan, iklim (curah hujan), dan aspek sosial pelaku budi daya tanaman.
Monokultur baris tunggal
Gambar. Sistem pertanaman monokultur Jagung
Gambar. Bentuk bedengan dan jarak tanam penanaman jagung hibrida baris tunggal
Keterangan:
Tanda titik berwarna kuning di tengah bedengan merupakan ketinggian lahan awal sebelum dibuat bedengan.
Lebar bedengan = 40 cm
Jarak antar bedengan = 35 cm
Jarak tanaman dalam baris = 20 cm
Jarak tanaman antar baris = 75 cm
Jarak tanam = 75 cm x 20 cm
Rotasi dan pola tanam juga dapat dilakukan dengan
Sistem pertanaman ini membentuk sistem pertanian terpadu dengan tanaman budi daya dan ternak sama-sama menjadi basis pertanian. Tanaman jagung mendapatkan pupuk organik dari kotoran hewan ternak, dan hewan ternak mendapatkan keuntungan dengan tersedianya pakan ternak yaitu hijauan dari tanaman budi daya.
Penentuan sistem irigasi merupakan strategi pengelolaan air di lahan budi daya untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sesuai dengan fase pertumbuhannya.
Irigasi di atas permukaan tanah (Furrow Irrigation)
Sistem irigasi dengan menggunakan parit/alur kecil sebagai jalan air. air mengalir sesuai dengan kemiringan dan tanaman berada diantara parit tersebut, cocok untuk tanaman yang tidak tahan genangan.
Sumber air
Pompa air ataupun air hujan
Gambar. Irigasi atas permukaan tanah (furrow irrigation)
(Sumber: https://www.agrivi.com/)
Gambar. Fase pertumbuhan jagung beserta persentase kebutuhan nutrisi dan air
Keterangan:
Warna hijau = terjadi peningkatan kebutuhan
Warna ungu = kebutuhan dalam jumlah paling tinggi
Tabel. Kebutuhan air tanaman jagung berdasarkan fase pertumbuhan
Fase | Kebutuhan |
---|---|
VE | Air dibutuhkan untuk perkecambahan benih |
V6-V8 | Terjadi peningkatan kebutuhan air karena adanya pembentukan calon biji dalam baris per tongkol, kekurangan air pada fase ini akan menurunkan jumlah baris biji per tongkol |
VT-R1 | Fase vegetatif akhir dan awal masa reproduktif. Kebutuhan air berkisar 0,5-0,7 liter / tanaman/ hari. Kekurangan air pada fase ini akan menurunkan kandungan air pada serbuk sari dan bungan betina sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas biji jagung. |
Sistem drainase merupakan strategi yang dilakukan untuk membuang kelebihan air tanah agar kondisi pertanaman tetap optimal. Saluran drainase merupakan saluran yang sama dengan saluran irigasi yang kemudian dikumpulkan pada saluran yang tegak lurus dengan arah bedengan.
Drainase permukaan tanah, yaitu drainase acak atau paralel
Drainase di atas permukaan tanah
(Sumber: https://www/fao.org/)
Persiapan logistik merupakan kegiatan yang dilakukan dalam persiapan pertanaman dengan mempersiapkan semua komponen yang dibutuhkan selama budi daya tanaman, mulai dari persiapan bahan tanam yaitu persiapan benih, persiapan pupuk, persiapan kebutuhan obat-obatan untuk Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Tabel 2. Standar mutu benih jagung bersertifikat
Parameter | Nilai |
---|---|
Kadar air (maksimal) (%) | 12,0 |
Benih murni (minimal) (%) | 98,0 |
Kotoran benih (maksimal) (%) | 2,0 |
Benih tanaman lain (maksimal) (%) | 0,2 |
Biji Gulma (maksimal) (%) | 0,0 |
Daya Berkecambah (minimal) (%) | 75 |
(Sumber: https://tanamanpangan.pertanian.go.id/)
Informasi Mutu Benih pada Bagian Belakang Kemasan Benih Jagung
(Sumber: https://pangandata.com/)
Kebutuhan benih di lapangan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa komponen yang diketahui yaitu:
Informasi berat 1000 butir benih
Luas lahan budi daya
Jarak tanam
Daya tumbuh benih
Jumlah benih/bibit per lubang tanam
Rumus menghitung kebutuhan benih:
Kebutuhan benih = (L / JT) x (100 / DT) x JB x (Berat 1000 benih / 1000)
Keterangan:
L : Luas lahan
JT : Jarak tanam
DT : Daya Tumbuh (%)
JB : Jumlah benih per lubang
Perhitungan benih dengan lahan bedengan:
Jb = L/(Lbd+Jab x Jtb) x Jub x Jbl x 100/Dt
Keterangan:
L : luas lahan (m2)
Lbd : lebar bedengan (m)
Jab : Jarak antar bedengan (m)
Jtb : Jarak tanaman dalam barisan (m)
Jub : Jumlah barisan
Jbl : Jumlah benih per lubang
Dt : Daya tumbuh benih (%)
Total berat benih = Jb/(jumlah benih dalam 1 pack/ berat benih 1 pack)
Jika luas lahan 1000 m2
Lebar bedengan = 40 cm
Jarak antar bedengan = 35 cm
Jarak tanaman dalam baris = 20 cm
Jarak tanaman antar baris = 75 cm
Jarak tanam = 75 cm x 20 cm
Daya tumbuh = 85 %
Jumlah tanaman per lubang = 1
Berat 1000 benih = 250 gr (rata-rata berat 1000 benih jagung)
Maka, kebutuhan benih untuk 1.000 m2 adalah:
Kebutuhan benih = (1.000/0,15) x (100/85) x (1) x (250/1000) = (6666) x (1,17) x (1) x (0,25) = 1949,8 gr (1,94 kg) per 1.000 m2
Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas tanaman.
Pemupukan sangat berperan dalam memastikan keberhasilan produksi tanaman tersebut. Dengan demikian, selain harus mengetahui jenis-jenis pupuk dan proses penyerapan pupuk tersebut. Petani juga harus tahu dan memahami cara menggunakan pupuk pada tanaman, sehingga proses pemupukan tersebut bisa lebih efektif dan efisien.
Tabel. Kebutuhan pupuk berdasarkan fase pertumbuhan jagung
Fase | Kebutuhan pupuk | Cara |
---|---|---|
1 bulan sebelum penanaman | Pupuk kandang yang telah matang 5-10 ton / ha | Pupuk disebar di atas permukaan lahan |
7-10 Hari Setelah Tanam (HST) V1-V2 | Urea = 117 kg/ha SP 36 = 200 kg / ha KCl = 50 kg / ha Atau Urea = 90 kg / ha NPK Phonska = 200 kg / ha SP 36 = 80 kg / ha | Pupuk diletakkan 7 - 10 cm dari tanaman jagung dan dibuat lubang sedalam 3-5 cm dengan menggunakan tugal. |
28-30 HST V5 | Urea = 117 kg / ha KCl = 50 kg / ha Atau Urea = 90 kg/ha NPK Phonska = 200 kg /ha | Pupuk diletakkan 7 - 10 cm dari tanaman jagung dan dibuat lubang sedalam 3-5 cm dengan menggunakan tugal. |
45-50 HST V12- V16 (menjelang berbunga) | Urea = 117 kg / ha Atau Urea = 90 kg/ha | Pupuk diletakkan 7 - 10 cm dari tanaman jagung dan dibuat lubang sedalam 3-5 cm dengan menggunakan tugal. |
Persiapan obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan strategi untuk menangani potensi kerugian akibat adanya gangguan OPT.
Penggunaan pestisida dalam konsep penanganan hama terpadu (PHT) penggunaan pestisida harus memenuhi enam tepat : yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.
Tabel 4. Berdasarkan fase pertumbuhan jagung
Fase | Jenis OPT | Pengelolaan dan Pengendalian |
---|---|---|
V1-V2 0-7 HST | Gulma |
|
V3-V6 21-28 HST | Gulma | Herbisida selektif atau herbisida spektrum luas |
Selama Stadia vegetatif | Penggerek tongkol jagung | Karbofuran dan furadan 3G diaplikasikan dengan disemprot |
Selama Stadia vegetatif | Penggerek batang jagung (ulat grayak) |
|
Selama Stadia vegetatif | Ulat tanah |
|
Selama Stadia vegetatif | Kutu daun | Dapat menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin, dosis atau konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. |
Selama Stadia vegetatif | Hawar daun |
|
Selama Stadia vegetatif | Busuk batang |
|
Selama Stadia vegetatif | Bulai |
|
Selama Stadia vegetatif | Karat daun |
|
Selama Stadia vegetatif | Bercak daun |
|
Selama Stadia vegetatif | Virus mosaik |
|
Minta bantuan Pak Dayat