Erwinia chrysanthemi adalah bakteri berbentuk batang sehingga disebut juga sebagai bakteri batang gram-negatif. E. chrysanthemi merupakan bakteri yang tergolong dalam genus Erwinia. Seiring berjalannya waktu, banyak peneliti kemudian membagi genus Erwinia menjadi 2 kelompok, yaitu “true erwinia” dan “soft rot erwinia”. E. chrysanthemi merupakan spesies dari kelompok “soft rot erwinia” yang paling merugikan dibandingkan kelompok lainnya. Saat ini E. chrysanthemi dikelompokkan ke dalam genus Dickeya. E. chrysanthemi dapat menyebabkan gejala penyakit seperti pembusukan, layu, dan kematian. Bakteri ini menghasilkan enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tanaman, seperti pectinase, yang membantu mereka memecah pektin, suatu komponen utama dalam dinding sel tanaman (Suharjo, 2015).
E. chrysanthemi mempunyai kisaran inang yang cukup luas mencakup berbagai jenis tanaman budidaya dan tanaman hias. Bakteri ini menginfeksi berbagai jenis tanaman, terutama pada tanaman yang memiliki jaringan tanaman yang lebih lembut, seperti daun, batang, dan umbi. Kisaran inang E. chrysanthemi meliputi tanaman pangan seperti jagung, padi, ubi jalar, buah-buahan termasuk pisang, nanas, stroberi, mangga, sayur-sayuran seperti kentang, terong, wortel, dan tanaman hias seperti krisan, vanda, dan phalaenopsis (Suharjo, 2015).
Bakteri E. chrysanthemi dapat berkembang di daerah curah hujan tinggi. Koloni bakteri berwarna putih keabuan. Bakteri ini bertahan secara saprofit dari sisa tanaman yg telah mati dan serangan paling tinggi pada musim penghujan karena pada musim penghujan kelembapan di lahan akan meningkat, sirkulasi udara kurang lancar, penyinaran cahaya matahari kurang merata, dan banyaknya genangan air yang mudah membawa bakteri tersebut menyebar keseluruh lahan, serta menginfeksi jagung melalui stomata, hidatoda, atau luka pada batang dan daun (Suharjo, 2015).
Gejala awal penyakit ini adalah adanya perubahan warna daun, pelepah daun, dan kemudian menyebar ke batang. Selanjutnya terjadi pelunakan dan munculnya bau busuk dari jaringan atau bagian yang terinfeksi. Dalam kondisi parah tanaman akan roboh (Kumar et al., 2015).
Gambar 1. Tanaman jagung yang terserang penyakit busuk batang (Bosley, 2019)
Gambar 2. Daun berubah warna menjadi kecoklatan (Bosley, 2019)
Gambar 3. Ruas batang berubah warna menjadi kecoklatan dan mulai membusuk (Bosley, 2019)
Gambar 4. Akar tanaman jagung sudah melunak dan berbau busuk (Brown Jr., 2008)
Bakteri ini dapat masuk ke tanaman melalui lentisel, zona pemanjangan akar, atau melalui luka pada tanaman akibat serangan hama. Setelah patogen menginfeksi tanaman maka akan menyebar dengan cepat ke seluruh bagian tanaman dan menyebabkan kerusakan hingga kematian pada tanaman (Putri, 2023).
Tanaman jagung yang terserang penyakit ini akan mengalami kerusakan jaringan sehingga dapat membusuk dan kemudian mati. Penyakit busuk batang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang parah mencapai 80 hingga 100% terutama pada varietas rentan (Soenartiningsih et al., 2014).
Dalam upaya untuk mengatasi masalah penyakit busuk batang pada jagung, tindakan pencegahan menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan tanaman dan hasil panen yang optimal. Pencegahan penyakit busuk batang pada jagung melibatkan serangkaian langkah pengendalian. Langkah-langkah ini termasuk pemilihan varietas jagung yang tahan terhadap penyakit, pengelolaan lahan yang baik, sanitasi yang ketat, serta pemeliharaan benih yang optimal.
Karena penyakit busuk batang dapat berdampak serius terhadap pertumbuhan jagung, sangat penting bagi para petani jagung untuk secara berkala memeriksa kondisi tanaman mereka. Apabila tanda-tanda penyakit busuk batang muncul, langkah-langkah pencegahan yang tepat harus segera diambil untuk mengendalikan penyebaran penyakit. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam upaya pencegahan penyakit busuk batang pada jagung
Sebelum memilih varietas tahan, identifikasi bakteri atau jamur penyebab penyakit busuk batang yang ditemui. Pilihlah varietas yang diketahui memiliki resistensi alami terhadap penyakit busuk batang atau memiliki ketahanan yang paling baik terhadap serangan penyakit ini. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko infeksi dan potensi kerusakan pada tanaman jagung (Syahriani et al., 2021).
Ini melibatkan pergantian tanaman jagung dengan tanaman lain dalam suatu lahan di musim tanam berikutnya. Tanaman yang cocok dirotasikan dengan tanaman jagung di antaranya adalah kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar (Tian et al., 2013). Rotasi tanaman bertujuan untuk mengganggu siklus hidup patogen penyebab penyakit busuk batang dan mengurangi risiko infeksi pada tanaman jagung. Rotasi tanaman juga dapat membantu memperbarui nutrisi tanah yang telah digunakan oleh tanaman jagung sehingga meningkatkan kualitas tanah dan kesehatan tanaman (He et al., 2021).
Jika ditemukan tanaman yang terinfeksi, segera buang dan musnahkan tanaman. Hilangkan dengan benar sisa-sisa tanaman jagung yang terinfeksi. Jangan buang sisa tanaman yang terinfeksi di sekitar lahan pertanian untuk mencegah patogen berkembangbiak pada sisa-sisa tanaman terinfeksi yang membusuk. Selain itu, penting untuk mencuci dan membersihkan alat-alat pertanian dengan benar sebelum digunakan kembali. Hal ini dapat membantu mencegah penyebab penyakit menyebar ke tanaman yang sehat melalui peralatan (Sudjono, 2018).
Gambar 5. Sanitasi lahan jagung (Abay, 2019)
Aplikasi bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang dapat dilakukan sebelum musim tanam atau sebagai pupuk tambahan. Bahan organik meningkatkan kesuburan dan struktur tanah, serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang dapat membantu mengendalikan patogen penyebab penyakit. Selain itu, aplikasi bahan organik cair dapat dilarutkan dalam air dan disemprotkan langsung ke tanaman jagung. Ini dapat membantu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Sudjono, 2018).
Perlakuan benih bertujuan untuk meningkatkan mutu benih dan melindungi benih dari serangan penyakit. Perlakuan benih dapat dilakukan secara fisik, kimia, maupun biologi. Bahan yang umum digunakan adalah pestisida sintetis. Namun, seiring dengan kesadaran petani akan bahayanya pada lingkungan dan kesehatan, penggunaannya beralih pada penggunaan agens hayati (Supriadi, 2018). Perlakuan benih jagung biasanya dilakukan dengan mencampur benih jagung dan pestisida sesuai volume yang dianjurkan. Cara mencampur benih dengan pestisida adalah dengan menggunakan plastik yang bagian dalamnya diolesi secara merata dengan pestisida lalu masukkan benih sebanyak 1 kg dan dikocok hingga merata (Anggriawan, 2013). Untuk saat ini, informasi tentang inovasi teknologi perlakuan benih masih sangat terbatas. Oleh karena itu, masih perlu adanya konsultasi dengan kantor penyuluh pertanian setempat atau ahli agronomi untuk panduan tentang perlakuan benih yang tepat.
Apabila tanaman jagung Anda mengalami serangan penyakit busuk batang, tindakan cepat diperlukan untuk mengurangi dampak kerusakan dan mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah panduan langkah-langkah yang dapat Anda lakukan ketika Anda mendeteksi adanya penyakit busuk batang pada tanaman jagung
Gulma dapat bertindak sebagai inang bagi patogen penyebab penyakit maupun bertindak sebagai tempat berlindung yang ideal bagi patogen tersebut. Sebelum menanam jagung, pastikan untuk membersihkan lahan dari gulma dengan baik. Hal ini dapat mengurangi resiko infeksi penyakit pada tanaman. Setelah tanaman sudah tumbuh, penggunaan herbisida secara aman dan terkontrol adalah salah satu cara yang efektif untuk mengendalikan gulma. Pastikan untuk tetap mengikuti panduan yang tertera pada label produk herbisida dengan benar (Soenartiningsih et al., 2016).
Gambar 6. Aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma pada tanaman jagung (Mawson, 2023)
Jika penyebaran penyakit semakin meluas, fungisida dapat digunakan sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir. Penyakit busuk batang dapat dikendalikan dengan fungisida yang mengandung bahan aktif dari kelompok benzimidazole seperti benomyl (Soenartiningsih, 2015). Selain itu, kombinasi bahan aktif antara metalaksil-M dan mankozeb telah digunakan secara luas untuk mengendalikan penyakit busuk batang pada jagung (Syahriani et al., 2021). Sesuaikan penggunaan fungisida dengan dosis dan waktu aplikasi yang disarankan. Selalu baca dan patuhi petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Setelah Anda mendeteksi tanaman jagung terinfeksi, segera singkirkan dari lahan, termasuk sisa-sisa tanaman atau daun yang jatuh. Disarankan untuk memusnahkan atau menyingkirkan tanaman jagung yang terinfeksi dengan cara membakar atau menguburnya untuk mencegah penyebaran penyakit.
Dengan melakukan monitoring secara teratur, Anda dapat mendeteksi gejala awal penyakit busuk batang pada jagung dan mencegah penyebaran penyakit semakin meluas. Hal ini memungkinkan para petani untuk dapat merespons penyakit dengan cepat dan tepat, termasuk melakukan sanitasi lahan, mengambil tindakan yang sesuai, dan menerapkan pengendalian yang direkomendasikan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam melakukan monitoring penyakit busuk batang pada jagung
Melakukan pemantauan visual secara teratur dapat mendeteksi tanda-tanda awal penyakit busuk batang. Anda dapat mendeteksi dini gejala tanaman jagung yang sudah terserang penyakit busuk batang. Hal ini bertujuan agar Anda dapat segera mengambil tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas (Sudjono, 2018).
Setelah ditemukan adanya gejala tanaman jagung yang terinfeksi, penting untuk melakukan pemantauan gejala secara berkala. Pemantauan gejala secara berkala juga dapat menentukan keberhasilan tindakan pengendalian yang telah dilakukan sebelumnya, serta untuk mengurangi resiko tanaman jagung terinfeksi kembali (Sudjono, 2018).
Mintalah saran dari pakar pertanian, seperti ahli agronomi atau ahli patologi tanaman, untuk rekomendasi dan saran yang disesuaikan dalam mengelola penyakit busuk batang di lokasi spesifik dan kondisi pertumbuhan jagung.
Selalu penting untuk diingat bahwa dalam pengendalian penyakit busuk batang pada jagung, tindakan pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Memilih varietas jagung yang tahan, menerapkan praktik pengelolaan lahan yang sesuai, dan melakukan pemantauan rutin di lahan Anda adalah langkah utama dalam mengurangi risiko penyakit busuk batang dan penyakit lain yang dapat memengaruhi tanaman jagung.
Abay, U. (2019). Sanitasi Kebun Jagung Bebas Gulma. https://www.swadayaonline.com/artikel/2551/belajar-sanitasi-kebun-jagung-bebas-gulma/.
Anggriawan, F. (2013). Observasi pertumbuhan, hasil dan intensitas serangan hama tanaman jagung (Zea mays L) setelah aplikasi seed treatment yang berbeda. http://repository.unmuhjember.ac.id/2030/1/JURNAL%20ILMIAH%20FEBI.pdf.
Bosley, B. (2019). bacterial rot and blight (Dickeya chrysanthemi). https://www.ipmimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5394380.
Brown Jr., W. M. (2008). bacteria wilt and soft rot (Dickeya chrysanthemi). https://www.ipmimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5356656.
He, D.-C., Ma, Y.-L., Li, Z.-Z., Zhong, C.-S., Cheng, Z.-B., & Zhan, J. (2021). Crop Rotation Enhances Agricultural Sustainability: From an Empirical Evaluation of Eco-Economic Benefits in Rice Production. Agriculture, 11(2), 91. https://doi.org/10.3390/agriculture11020091.
Kumar, A. M. S., Hunjan, H., Kaur, P. P., Singh, & Kaur, R. (2015). Characterization of Dickeya zeae isolates causing stalk rot of maize based on biochemical assays and antibiotic sensitivity. Indian Phytopathology, 68(4), 375–379.
Mawson, M. (2023). A Farmer Spraying Corn in Mexico. Getty Images. https://www.gettyimages.fr/detail/photo/farmer-spraying-corn-in-mexico-image-libre-de-droits/589063378.
Putri, E. W. (2023). KARAKTERISASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI KISARAN INANG PENYEBAB PENYAKIT BUSUK LUNAK BUAH MELON (Cucumis melo L.). http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/70023.
Soenartiningsih, S. (2015). Uji Ketahanan beberapa Varietas Unggul Jagung terhadap Penyakit Gibberella dan Diplodia. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal, 32(2), 103–109. https://doi.org/10.20884/1.mib.2015.32.2.301.
Soenartiningsih, S., Aqil, M., & Andayani, N. N. (2016). Strategi pengendalian cendawan Fusarium sp. dan kontaminasi mikotoksin pada jagung. http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ippan/article/view/5642.
Soenartiningsih, S., Djaenuddin, N., & Saenong, M. S. (2014). Efektivitas Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. sebagai agen biokontrol hayati penyakit busuk pelepah daun pada jagung. https://dx.doi.org/10.21082/jpptp.v33n2.2014.p129-135.
Sudjono, M. S. (2018). Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Pangan Maros.
Suharjo, R. (2015). Sekilas tentang Klasifikasi dan Teknik Identifikasi Erwinia chrysanthemi, E. carotovora dan E. ananas.
Supriadi, S. (2018). INOVASI PERLAKUAN BENIH DAN IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPRODUKSI BENIH BERMUTU TANAMAN REMPAH DAN OBAT. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 37(2), 71–80. https://doi.org/10.21082/jp3.v37n2.2018.p71-80.
Syahriani, I., Evelyn, C., Istiqomah, D., Noviyanti, E., Adila, H., & Rahayu, R. P. (2021). Identifikasi penyakit pada batang tanaman jagung (Zea mays) di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 1(2), 325–332. https://doi.org/10.24036/prosemnasbio/vol1/349.
Tian, H., Drijber, R. A., Zhang, J. L., & Li, X. L. (2013). Impact of long-term nitrogen fertilization and rotation with soybean on the diversity and phosphorus metabolism of indigenous arbuscular mycorrhizal fungi within the roots of maize (Zea mays L.). Agriculture, Ecosystems & Environment, 164, 53–61. https://doi.org/10.1016/j.agee.2012.09.007.
Minta bantuan Pak Dayat