Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan pelaku budi daya tanaman untuk memberikan kondisi lingkungan sebaik mungkin untuk tanaman yang dibudidayakan agar memperoleh produksi yang maksimal dan berkualitas.
Pemeliharaan tanaman padi meliputi beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut:
Pengelolaan air, terutama menjamin ketersediannya di dalam lahan budidaya menjadi salah satu kunci penting dalam kegiatan budidaya tanaman, tidak terkecuali budidaya padi. Penggunaan air untuk padi sawah per musim diperkirakan bervariasi dari 660-5.280 mm tergantung pada musim tanam, kondisi iklim, jenis tanah, dan kondisi hidrologi.
Output dari kegiatan pemeliharaan irigasi adalah kondisi lengas tanah memadai untuk pertumbuhan tanaman padi. Untuk menggunakan air secara efektif, efisien dan memaksimalkan hasil padi, perlu adanya praktik pengelolaan air yang baik pada tanaman padi. Sehingga perlu untuk menjaga ketinggian air di sawah pada 10-15 cm setiap saat hingga menjelang akhir pembungaan.
Praktik penegelolaan air yang baik untuk tanaman padi, meliputi:
Membuat saluran irigasi tersier dan irigasi primer atau sekunder
Meminimalkan kehilangan air
Meratakan lahan budi daya
Membuat/memperbaiki pematang sawah
Tabel 1. Teknologi irigasi untuk tanaman padi
No | Teknologi | Deskripsi |
---|---|---|
1 | Irigasi Permukaan atau irigasi alur (Furrow Irrigation) | Metode irigasi ini dilakukan jika sumber air irigasi melimpah dan kondisi lahan mendukung secara teknis. Gambar. Irigasi permukaan/alur
|
2 | Teknologi Hemat Air (Alternate Wetting and Drying/AWD) | Alternate Wetting and Drying (AWD) merupakan teknologi hemat air yang dapat diterapkan petani untuk mengurangi konsumsi air irigasi di lahan sawah tanpa menurunkan hasil.
Gambar. Pipa Field water tube Saat lahan tergenang air, periksalah apakah ketinggian air di dalam tabung sama dengan di luar tabung. Jika tidak sama setelah beberapa jam, lubang mungkin tersumbat oleh tanah yang padat dan tabung perlu dipasang kembali dengan hati-hati. Tabung harus ditempatkan di bagian lahan yang mudah diakses dekat pematang, sehingga mudah untuk memantau kedalaman air yang tergenang. Lokasi harus mewakili kedalaman air rata-rata di lahan (tidak boleh di tempat yang tinggi atau tempat yang rendah). |
3 | Irigasi Hujan (Sprinkler Irrigation) | Sistem irigasi sprinkler yang tepat dapat mempertahankan tingkat produktivitas yang tinggi hingga 10% dan menghemat air. Gambar. Pipa pada irigasi sprinkler
Sistem irigasi sprinkler memiliki biaya yang cukup tinggi, sehingga penerapannya perlu dipertimbangkan agar tidak melebihi biaya. |
4 | Irigasi tetes (Drip Irrigation) | Irigasi tetes adalah metode irigasi terbaru yang menjadi populer di daerah yang kekurangan air. Biasanya diterapkan untuk padi gogo. Teknik irigasi ini merupakan teknik irigasi modern dan memiliki keunggulan pada penghematan air dan teknis pelaksanaan yang mudah dan dapat sekaligus melakukan proses pemupukan, namun jika ingin menerapkan teknik irigasi ini maka perlu dipersiapkan instalasi pengairan yang memadai dan biaya investasi relatif mahal. Gambar. Pipa irigasi tetes
|
Gambar. Penerapa sistem AWD di lahan sawah
Gambar. Irigasi sprinkler
Gambar. Irigasi tetes
Tabel 2. Sistem pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi
No | Sistem Irigasi | Deskripsi |
---|---|---|
1 | Irigasi terus-menerus (continous flow) | Memberikan air ke tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang panen. Sistem ini banyak diterapkan di Indonesia. Namun tidak efisien karena berpotensi mengurangi efisiensi serapan hara nitrogen, meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan. |
2 | Irigasi bergilir (rotation irrigation) | Teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode waktu tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan. |
3 | Irigasi berselang (intermitten irrigation) | Pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian, untuk menghemat air, mengurangi keracunan besi, mengurangi rebah, memudahkan pengendalian hama keong mas, wereng dan penggerek batang dll. |
Gambar. Pemupukan tanaman padi secara disebarkan
Gambar. Ilustrasi pemupukan secara penyemprotan pada tanaman padi
Setelah pemberian pupuk dasar pada persiapan lahan, selanjutnya dilakukan pemupukan susulan pada fase pemeliharaan tanaman padi.
Tabel 3. Pemupukan susulan untuk padi
Kondisi lahan | Jenis dan Dosis | Waktu Aplikasi | Cara Aplikasi |
---|---|---|---|
a. Lahan Sawah | 150 kg/ha NPK Phonska + 50 kg/ha Urea | 15-21 HST/HSPT | Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah. |
50-100 kg/ha Urea Jika dilakukan saat musim hujan 50 kg/ha. Jika dilakukan saat musim kemarau 75-100 kg/ha. Atau 50-75 kg/ha Urea Jika kondisi daun masih terlihat hijau, pemupukan ketiga bisa dikurangi menjadi 50-75 kg/ha Urea. | 35-40 HST/HSPT | ||
Pupuk hayati/POC.MOL | 15, 30, 70 HST/HSPT | Penyemprotan (spraying) merata di permukaan daun bagian bawah. | |
b. Lahan Kering | 100 kg/ha Urea + 50 kg/ha TSP/SP-36 + 35 kg/ha KCl | 15-21 HST/HSPT | Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah. |
50-100 kg/ha Urea Jika kondisi daun masih terlihat hijau, pemupukan ketiga bisa dikurangi menjadi 50-75 kg/ha Urea. | 35-40 HST/HSPT | ||
Pupuk hayati/POC/MOL | 15, 30, 70 HST/HSPT | Penyemprotan (spraying) merata di permukaan daun bagian bawah |
Gambar. Gulma Echinochloa colona (tuton/jejagoan leutik)
Pengendalian gulma pada budi daya padi dimulai sejak persiapan lahan dengan cara mekanik (membajak tanah) maupun kimiawi (herbisida).
Tiga golongan gulma: gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit dan gulma rerumputan.
Beberapa gulma utama yang banyak dijumpai pada pertanaman padi:
Echinochloa colona (tuton/jejagoan leutik),
Echinochloa erusgalli (gegajahan/jawan),
Cyperus difformis L (welut/jakut papayungan),
Fimbristylis miliaecae Wahl (tumbaran),
Marsilea crenata Prest. (semanggi atau semanggen),
Monochoria vaginalis (eceng lembut/bengok).
Tabel 4. Upaya pengendalian gulma di pertanaman padi berdasarkan ekosistem dan metode penanaman
No | Ekosistem(Metode Penanaman) | Upaya Pengendalian Gulma |
---|---|---|
1 | Metode pindah tanam (Transplanting) |
|
2 | Metode penanaman langsung (Direct seeding) – Lahan sawah |
|
3 | Metode penanaman langsung (Direct seeding) – Lahan kering |
|
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama dan penyakit) adalah upaya untuk menekan serangan OPT yang dapat menurunkan produksi tanaman pada padi dengan menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sehingga tidak merugikan secara ekonomi dan aman bagi lingkungan.
Tata pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tanaman yaitu:
Pengamatan terhadap OPT dilakukan secara berkala yaitu 1 minggu sekali secara rutin dari setelah tanam, dengan mengambil contoh OPT untuk mengetahui jenis dan jumlah populasinya.
Pengambilan tanaman contoh yang dapat mewakili kondisi di lahan secara keseluruhan dengan metode acak sistematis.
Luas lahan ≤ 2.000 m2, jumlah 10 tanaman contoh
Luas lahan > 2.000-4.000 m2, jumlah 20 tanaman contoh
Luas lahan > 4.000-6.000 m2, jumlah 30 tanaman contoh
Luas lahan > 6.000-8.000 m2, jumlah 40 tanaman contoh
Luas lahan > 8.000-10.000 m2, jumlah 50 tanaman contoh
Pengacakan dilakukan sekali yaitu pada contoh pertama. Penentuan contoh selanjutnya menggunakan interval jarak tertentu, misalnya setiap 1 m atau 10 rumpun. Contoh: 1 petak lahan terdapat 10 tanaman, interval yang digunakan 10 rumpun, maka pengambilan contoh tanaman 100 : 10 = 10 tanaman.
Keterangan: X dalam lingkaran merah adalah tanaman contoh
Gambar 9. Skema alur pengambilan tanaman contoh
Dari hasil pengamatan dapat diidentifikasi gejala serangan, jenis OPT, intensitas serangan, dan mencari tahu musuh alaminya.
Memutuskan cara untuk pengendalian yang tepat atau bisa juga dikonsultasikan dengan petugas POPT atau petugas dinas pertanian setempat dan melakukan tindakan pengendalian.
Upaya pencegahan serangan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Membersihkan peralatan dan lahan dengan baik setiap musim, termasuk pematang lahan.
Menggunakan benih bersertifikat, yang bersih dan varietas unggul.
Tanam serentak (pada waktu yang sama/selesai dalam jangka waktu 2 minggu) dan tidak menggunakan pupuk berlebihan.
Mengelola musuh alami dan mengurangi penggunaan pestisida kimia.
Tabel 5. Upaya pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi
Jenis OPT | UPaya Pengendalian |
---|---|
Hama | |
Tikus |
|
Siput/Keong mas/ Bekicot |
|
Burung |
|
Wereng hijau |
|
Wereng Coklat |
|
Ulat Grayak |
|
Hama penggerek batang/sundep |
|
Penyakit | |
Blast |
|
Hawa daun bergaris |
|
Hawar daun bakteri/Penyakit kresek | Cara identifikasi penyakit hawar daun bakteri:
Cara mencegah dan mengelola:
|
Bercak coklat | Cara identifikasi penyakit bercak coklat:
Cara mencegah dan mengelola:
|
Luka api palsu |
|
Hawar pelapah/Busuk daun | Gejalanya mirip dengan busuk batang dan serangan penggerek batang.
|
Busuk pelepah daun bendera |
|
Tungro |
|
Nematoda simpul akar |
|
Minta bantuan Pak Dayat