Preloader Logo

Persiapan Pertanaman Padi

Cover Wiki

Persiapan pertanaman merupakan tahapan budi daya tanaman yang pertama dilakukan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan budi daya padi dan mengurangi risiko terjadinya kerugian hasil panen dengan melakukan perencanaan yang sistematis.

Persiapan pertanaman merupakan serangkaian kegiatan perencanaan yang dilakukan sebelum budi daya padi dilakukan. Kegiatan persiapan pertanaman meliputi penentuan sistem pertanaman, penentuan irigasi dan drainase, hingga persiapan logistik selama budi daya mencakup perhitungan kebutuhan benih, pupuk, obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Penentuan Target Hasil Padi


Jenis lahan : lahan kering / tegal dan lahan sawah

Bahan tanam : benih padi dengan potensi hasil 6-7 ton/ha

Topografi lahan : datar

Ragam Jenis Persiapan Pertanaman Padi


a. Penentuan Sistem Pertanaman

Penentuan sistem pertanaman ini sangat bergantung pada target hasil pertanaman, kondisi lahan, lingkungan, iklim (curah hujan), dan aspek sosial pelaku budi daya tanaman.

Jenis Sistem Pertanaman

Monokultur padi

Gambar. Sistem pertanaman monokultur padi sawah

Rotasi dan Pola Tanam

Contoh pola tanam padi di lahan kering

Contoh pola tanam padi di lahan sawah

b. Penentuan Sistem Irigasi dan Drainase

1. Penentuan Sistem Irigasi

Penentuan sistem irigasi merupakan strategi pengelolaan air di lahan budi daya padi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sesuai dengan fase pertumbuhannya.

Jenis sistem irigasi

  • Jenis sistem irigasi yang digunakan pada lahan sawah yaitu irigasi di atas permukaan tanah (Furrow Irrigation).

    Sistem irigasi dengan menggunakan parit/alur kecil sebagai jalan air. air mengalir sesuai dengan kemiringan dan tanaman berada diantara parit tersebut, cocok untuk tanaman yang tidak tahan genangan.

Gambar. Sistem irigasi di atas permukaan tanah pada lahan padi

  • Sumber air:

    Lahan sawah 👺 sungai irigasi

    Lahan kering 👺 pompa air atau air tadah hujan

Kebutuhan air untuk tanaman padi minimal adalah 200 mm/bulan secara berurutan selama 4 bulan. Air ini digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif, generatif, hingga fase pematangan.

Tabel. Kebutuhan air tanaman padi berdasarkan lama fase fenologi

Fase

Kebutuhan Air (mm)

Lama Fase Fenologi (hari)

Pembentukan tunas

50

10

Vegetatif

320

60

Generatif (pembungaan)

80

15

Generatif (pengisian biji)

85

20

Pematangan

65

15

Sumber: Pinto et al., 2020

2. Penentuan Sistem Drainase

Terdapat dua kegiatan yang mendukung pembuatan sistem drainase yaitu mengatur tingkat kemiringan lahan (land grading) dan penghalusan permukaan lahan (land smoothing). Pengaturan kemiringan dan penghalusan permukaan lahan dilakukan secara berkala untuk menjamin kemiringan tetap terjaga dan drainase dapat berjalan dengan optimal.

Sistem Drainase: Drainase di atas permukaan tanah, yaitu drainase acak atau paralel

Saluran drainase merupakan saluran yang sama dengan saluran irigasi yang kemudian dikumpulkan pada saluran yang tegak lurus dengan arah bedengan.

Gambar. Drainase di atas permukaan tanah
(Sumber: https://www.fao.org/)

Gambar. Drainase di atas permukaan pada lahan budi daya padi

c. Persiapan Logistik

Persiapan logistik merupakan kegiatan yang dilakukan dalam persiapan pertanaman dengan mempersiapkan semua komponen yang dibutuhkan selama budi daya tanaman, mulai dari persiapan bahan tanam yaitu persiapan benih, persiapan pupuk, persiapan kebutuhan obat-obatan untuk Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), hingga mempersiapkan komponen pendukung pertumbuhan raga tanaman (bagi sebagian komoditas budi daya).

Jenis Kegiatan Persiapan Logistik

1. Persiapan Benih Padi

Benih yang baik akan menghasilkan bibit yang sehat dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi, sehingga perlu dipastikan benih yang akan digunakan adalah benih bersertifikat. Berikut adalah standar mutu benih padi:

Tabel. Standar mutu benih padi

Parameter

Nilai

Kadar air (maksimal) (%)

13

Benih murni (minimal) (%)

99,0

Kotoran benih (maksimal) (%)

1

Biji gulma (%)

0

Daya Berkecambah (minimal) (%)

80

Cara efektif untuk meningkatkan hasil padi dengan sumber daya yang terbatas adalah dengan memilih benih terbaik yang tersedia dan menghitung jumlah benih yang dibutuhkan dengan tepat.

Benih yang baik selain bersertifikat juga harus memiliki kriteria sebagai berikut:

  • Benih yang baik menghasilkan bibit yang lebih sehat, lebih berat, dan berpotensi menghasilkan lebih banyak.

  • Benih yang baik menghasilkan bibit yang cepat pulih dari guncangan saat pemindahan.

  • Benih yang baik menghasilkan pertumbuhan akar yang cepat, memungkinkan bibit memperoleh nutrisi dari tanah dengan cepat dan efektif.

  • Benih yang baik menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan bibit yang seragam, sehingga memudahkan petani untuk mengatur waktu praktik pengelolaan tanaman (misalnya waktu tanam, irigasi, pemupukan, dan penyiangan).

  • Benih yang baik memiliki tingkat perkecambahan yang tinggi, mampu berkecambah dengan kecepatan paling sedikit 80%.

  • Murni secara genetik (kemurnian genetik tidak selalu dapat ditentukan dengan inspeksi visual; cara terbaik untuk memastikan kemurnian genetik adalah dengan mendapatkan benih dari sumber yang dapat dipercaya - misalnya Kementerian Pertanian, perusahaan benih- atau dengan mendorong petani untuk memproduksi benih mereka memiliki benih sendiri).

  • Benih sudah dikeringkan hingga kadar air kurang dari 14% (karena benih yang tidak dikeringkan dengan benar sering kali membusuk selama penyimpanan).

  • Benih bebas dari gulma, penyakit, serangan hama, dan dari bahan laiinya (misalnya sekam, biji-bijian kosong, pasir, biji-bijian pecah).

Kebutuhan benih di lapangan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa komponen yang diketahui yaitu:

  1. Informasi berat 1000 butir benih

  2. Luas lahan budi daya

  3. Jarak tanam

  4. Daya tumbuh benih

  5. Jumlah benih/bibit per lubang tanam

Rumus menghitung kebutuhan benih:

Kebutuhan benih = (L / JT) x (100 / DT) x JB x (Berat 1000 benih / 1000)

Keterangan:

L : Luas lahan

JT : Jarak tanam

DT : Daya Tumbuh (%)

JB : Jumlah benih per lubang

Jika luas lahan 1000 m2 (penanaman padi sistem tegel)

Jarak tanam = 25 cm x 25 cm

Daya tumbuh = 85 %

Jumlah tanaman per lubang = 2

Berat benih 1.000 butir = 27 g

Maka, kebutuhan benih untuk 1000 m2 adalah :

Kebutuhan benih = (L / JT) x (100 / DT) x JB x (Berat 1000 benih / 1000)

Kebutuhan benih = (1.000 / (0,25 x 0,25)) x (100 / 85) x 2 x (27 / 1000) = 1.016 g atau = 1,02 kg benih padi

Kebutuhan benih tersebut jika semua komponen sesuai dengan fakta di lapangan. Jika terjadi hal yang tidak terduga atau faktor lain yang biasa terjadi, misalnya jumlah bibit tidak semua terisi 2 bibit per lubang atau terjadi serangan OPT pada bibit/benih padi, maka diperlukan tambahan benih cadangan misalnya sebanyak 10% atau 15%.

Sehingga, jika dari contoh di atas, maka dapat diperoleh kebutuhan benih padi untuk 1.000 m2 yaitu:

Kebutuhan benih = 1,02 kg x 10% = 1,12 kg benih padi

2. Persiapan Pupuk

Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas tanaman.

Tabel. Kebutuhan pupuk berdasarkan fase pertumbuhan padi

Fase

Jenis dan jumlah

Cara

Lahan Sawah

1 bulan sebelum penanaman

Pupuk kompos yang berasal dari jerami atau sisa tanaman dan dari limbah kotoran ternak (perbandingan 2:1) minimal 1-2 ton/ha.

Pupuk disebar di atas permukaan lahan (broadcasting), kemudian diolah bersamaan dengan pengolahan lahan.

Cara Pertama

300 kg/ha NPK Phonska + 100-150 kg/ha Urea

7-10 HST/HSPT

Pupuk dasar:

150 kg/ha NPK Phonska

Atau

150 kg/ha NPK Phonska + 25 kg Urea

Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah.

15-21 HST/HSPT

150 kg/ha NPK Phonska + 50 kg/ha Urea

35-40 HST/HSPT

50-100 kg/ha Urea

  • Jika dilakukan saat musim hujan 50 kg/ha.

  • Jika dilakukan saat musim kemarau 75-100 kg/ha.

Atau

50-75 kg/ha Urea

15, 30, 70 HST/HSPT

Pupuk hayati/POC/MOL

Penyemprotan (spraying)

Cara Kedua

200-250 kg/ha Urea + 100 kg/ha TSP/SP-36 + 75 kg/ha KCl

Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah.

7-10 HST/HSPT

50 kg/ha Urea + 50 kg/ha TSP/SP-36 + 40 kg/ha KCl

15-21 HST/HSPT

100 kg/ha Urea + 50 kg/ha TSP/SP-36 + 35 kg/ha KCl

35-40 HST/HSPT

50-100 kg/ha Urea

Jika kondisi daun masih terlihat hijau, pemupukan ketiga bisa dikurangi menjadi 50-75 kg/ha Urea.

15, 30, 70 HST/HSPT

Pupuk hayati/POC/MOL

Penyemprotan

Cara Ketiga

300 kg/ha NPK Phonska + 100-150 kg/ha Urea

Atau

150 kg/ha NPK Phonska + 50-100 kg/ha urea + 100 kg/ha TSP/SP-36 + 75 kg/ha KCl

Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah.

15-20 HST/HSPT

150 kg/ha NPK Phonska + 100 kg/ha Urea

Atau

150 kg/ha NPK Phonska + 100 kg/ha TSP/SP-36 + 75 kg/ha KCl

35-40 HST/HSPT

150 kg/ha NPK Phonska + 0-50 kg/ha Urea

Atau

50-100 kg/ha Urea

Lahan Kering

1 bulan sebelum penanaman

Pupuk kompos yang berasal dari jerami atau sisa tanaman dan dari limbah kotoran ternak (perbandingan 2:1) minimal 1-2 ton/ha.

Pupuk disebar di atas permukaan lahan (broadcasting), kemudian diolah bersamaan dengan pengolahan lahan.

Padi Gogo Tanah Masam

(diberikan 3 kali seperti pada lahan sawah)

200-250 kg/ha Urea + 100-200 kg/ha SP-36 + 50-100 kg/ha KCl

Amelioran (kapur/dolomit, biochar) 1 ton/ha

Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah.

Padi Gogo Tanah Non-Masam

(diberikan 3 kali seperti pada lahan sawah)

150-200 kg/ha Urea + 50 kg/ha ZA + 100-200 kg/ha SP-36 + 50-100 kg/ha KCl

Lahan Gambut dan Sulfat Masam

Padi – Lahan Gambut

(diberikan 3 kali seperti pada lahan sawah)

200-250 kg/ha Urea + 50-100 kg/ha SP-36 + 50-100 kg/ha KCl

Amelioran (kapur/dolomit, biochar) 2 ton/ha

Disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah.

Padi – Lahan Sulfat Masam

(diberikan 3 kali seperti pada lahan sawah)

200-250 kg/ha Urea + 50-100 kg/ha SP-36 + 50-100 kg/ha KCl

Amelioran (kapur/dolomit, biochar) 2 ton/ha

Tabel. Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman padi

No.

Unsur Hara

Gejala Defisiensi

1

Nitrogen (N)

20-25 kg N/ton hasil gabah

  • Tanaman kerdil

  • Daun tua berwarna hijau muda dan klorotik di ujung daun

  • Durasi pertumbuhan pendek

  • Daun sempit, pendek, tegak, berwarna kekuningan seiring bertambahnya umur tanaman

2

Fosfor (P)

6,4 kg P2O5/ton hasil gabah

  • Tanaman kerdil

  • Tanaman ukuran kecil/kerdil

  • Sistem akar pendek dan belum berkembang

  • Jumlah anakan sedikit

  • Warna daun hijau kebiruan

  • Warna ungu bagian bawah batang

3

Kalium (K)

19 kg K2O/ton hasil gabah

  • Daun berwarna hijau tua dengan tepi daun berwarna cokelat kekuningan/bercak nekrotik coklat tua yang muncul perta kali di ujung daun yang lebih tua

  • Tanaman kerdil, anakan berkurang, batang lemah, daun lemah terkulai

  • Layu ketika tidak seimbang dengan nitrogen pada tanaman

  • Rentan terhadap hama dan penyakit

4

Seng (Zn)

0,05 kg Zn/ton hasil gabah

  • Terdapat bintik-bintik coklat berdebu pada daun bagian atas yang biasanya muncul 2-4 minggu setelah tanam, menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak merata

  • Tanaman kerdil, pelepah dekat pangkal daun muda klorosis

  • Defisiensi Seng yang parah menyebabkan penurunan akanan

5

Sulfur (S)

  • Tinggi tanaman berkurang dan pertumbuhan kerdil (tetapi tanaman tidak berwarna gelap seperti pada kekurangan Fosfor atau Kalium)

  • Jumlah anakan berkurang, malai semakin pendek, jumlah bulir per malai berkurang

  • Menunda perkembangan dan kematangan tanaman selama 1-2 minggu

  • Bibit kekuningan di bedengan persemaian dengan pertumbuhan terhambat

  • Kematian bibit tinggi setelah tanam

6

Kalsium (Ca)

  • Ujung daun tumbuh bagian atas menjadi putih, menggulung, dan menggulung

  • Jaringan nekrotik berkembang di sepanjang tepi lateral daun yang akhirnya menjadi coklat dan mati

  • Dalam kasus ekstrim, tanaman menjadi kerdil dan titik tumbuhnya mati

  • Gejala menyerupai defisiensi boron, memerlukan analisis jaringan untuk membedakan penyebab gejalanya

7

Magnesium (Mg)

  • Klorosis interveinal oranye-kuning pada daun tua

  • Tanaman berwarna pucat dengan klorosis interveinal pertama kali muncul pada daun yang lebih tua dan kemudian pada daun yang lebih muda karena defisiensi menjadi lebih parah

  • Warna hijau muncul sebagai "untaian manik-manik" di mana garis-garis hijau dan kuning sejajar dengan daun

  • Mengurangi jumlah spikelet dan mengurangi berat 1.000 butir

8

Besi (Fe)

  • Menguning interveinal dan klorosis daun yang muncul

  • Daun utuh menjadi klorosis dan kemudian sangat pucat

  • Seluruh tanaman menjadi klorosis dan mati jika defisiensi sangat parah

  • Penurunan produksi bahan kering

Sebaliknya, gejala toksisitas (kelebihan/keracunan) Besi menyebabkan tanaman:

  • Pertumbuhannya kerdil, daun berwarna ungu kecoklatan, ujung daun menjadi kuning jingga dan mengering

  • Perakaran rusak, jarang, dengasan coklat tua hingga hitam pada permukaan akar

9

Mangan (Mn)

  • Bercak coklat kekuningan diantara urat daun, memanjang ke seluruh area antar tulang daun

  • Bercak coklat pada urat daun bagian bawah dan selubung daun

  • Ujung daun mengering delapan minggu setelah tanam

  • Klorosis daun muda (atas), tanaman kerdil dan anakan berkurang

10

Boron (B)

  • Ujung daun muda yang muncul berwarna putih dan bergulung (mirip dengan kekurangan Kalsium)

  • Dalam kondisi parah, titik tumbuh bisa mati, tetapi anakan baru terus bermunculan, tinggi tanaman juga berkurang

  • Saat terinfeksi pada tahap inisiasi malai, defisiensi B dapat menyebabkan tanaman tidak menghasilkan malai.

Sebaliknya, gejala toksisitas (kelebihan/keracunan) Boron menyebabkan tanaman:

  • Klorosis pada ujung dan tepi daun tua sebagai gejala awal

  • Bintik-bintik elips coklat tua di area yang berubah warna dua sampai tiga minggu kemudian diikuti dengan pencoklatan dan pengeringan, bintik nekrotik menonjol pada awal malai

  • Ujung daun kecoklatan dan bercak elips berwarna coklat tua pada daun

11

Tembaga (Cu)

  • Daun hijau kebiruan, yang menjadi klorotik di dekat ujungnya

  • Perkembangan klorosis ke bawah di sepanjang kedua sisi pelepah, diikuti nekrosis coklat tua pada ujungnya

  • Daun baru gagal membuka gulungan dan mempertahankan tampilan seperti jarum dari seluruh daun atau kadang-kadang setengah daun, dengan bagian basal berkembang secara normal.

12

Silika (Si)

  • Daun dan batang menjadi lunak dan terkulai sehingga meningkatkan batang rebah

  • Mengurangi aktivitas fotosintesis, menurunkan / mengurangi hasil gabah

  • Peningkatan kejadian penyakit seperti penyakit blast (disebabkan oleh Pyricularia oryzae) atau bercak coklat (disebabkan oleh Helminthosporium oryzae)

3. Persiapan Obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Persiapan obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan strategi untuk menangani potensi kerugian akibat adanya gangguan OPT. Penggunaan obat-obatan ini merupakan langkah terakhir yang digunakan untuk pengendalian OPT ketika cara manual tidak bisa mengendalikan kerugian akibat OPT.

Penggunaan pestisida dalam konsep penanganan hama terpadu (PHT) penggunaan pestisida harus memenuhi enam tepat : yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.

Tabel 5. Jenis OPT dan obat-obatan yang dapat dipersiapkan

Jenis OPT

Jenis dan jumlah obat

Cara

Tikus

Racun tikus (rodentisida) yang telah terdaftar (misalnya yang berbahan aktif Seng fosfida 80%)

Rodentisida dicampurkan dengan gabah padi atau umpan tikus yang digemari (selai kacang, padi, beras, terasi, dll), lalu letakkan di lubang tikus/tempat yang biasa tikus berkeliaran.

Siput/Keong mas/Bekicot

Moluskisida (misalnya yang berbahan aktif Metaldehyde 5%, Niklosamida 70%)

Terapkan produk hanya ke titik rendah dan kanal daripada ke seluruh bidang. Moluskisida sebaiknya hanya digunakan segera setelah tanam atau selama fase pembentukan bibit pada padi yang disemai langsung; dan hanya untuk beras yang berumur kurang dari 30 hari.

Wereng hijau

Wereng coklat

Insektisida (misalnya yang berbahan aktif Tiametoksam 25%, Pimetrozin 50%)

Hanya aplikasikan insektisida pada persemaian dan sesuaikan dengan dosis yang dianjurkan.

Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian.

Ulat grayak

Pestisida nabati
100 ml/ 14-16 liter

Insektisida (misalnya yang berbahan aktif Profenofos 500 g/l, Permetrin 200 g/l)

Disemprotkan dengan interval 3-4 hari sekali di sore hari.

Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian.

Hama penggerek batang/sundep

Insektisida (misalnya yang berbahan aktif Klorantraniliprol 100 g/l, Tiamektosam 200 g/l)

Penyemprotan volume tinggi saat intensitas serangan hama mencapai ambang pengendalian.

Blast

Fungisida (misalnya yang berbahan aktif Trisiklazol 200 g/l)

Penyemprotan volume tinggi pada jamur penyebab penyakit blast pada padi dilakukan pada musim tanam labuhan atau pada periode tanam akhir tahun.

Hawar daun bergaris

Fungisida berbahan dasar Copper (tembaga oksida 56%)

Diberikan jika tanaman sudah terinfeksi parah, dengan diaplikasikan pada tajuk/daun hingga batang tanaman padi.

Hawar daun bakteri/Penyakit kresek

Bakterisida (misalnya yang berbahan aktif Streptomisin sulfat 15%, Oksitetrasiklin, Plantomycin 7SP, Benomil 50%)

Diberikan jika tanaman sudah terinfeksi parah, dengan diaplikasikan pada tajuk/daun hingga batang tanaman padi.

Bercak coklat

Fungisida (misalnya, iprodione, propiconazole, azoxystrobin, trifloxystrobin, dan carbendazim)

Gunakan fungisida sebagai perawatan benih. Perlakuan benih bisa dilakukan bersamaan dengan perendaman air panas (53βˆ’54 Β°C) selama 10βˆ’12 menit sebelum tanam, untuk mengendalikan infeksi primer pada tahap pembibitan.

Luka api palsu

Fungisida (misalnya yang berbahan aktif Difenokonazol dan Azoksistrobin)

Diberikan jika tanaman sudah terinfeksi parah, dengan diaplikasikan pada tajuk/daun hingga batang tanaman padi.

Hawar pelepah/busuk daun

Fungisida dan bakterisida (misalnya yang berbahan aktif Tiodiazol 200 g/l, tembaga hidroksida 77%)

Diberikan jika tanaman sudah terinfeksi parah, dengan diaplikasikan pada tajuk/daun hingga batang tanaman padi.

Busuk pelepah daun bendera

Fungisida perlakuan benih (misalnya, carbendazim, edifenphos, atau mancozeb).

Fungisida daun (misalnya, benomyl dan copper oxychloride).

Terapkan fungisida perlakuan benih sebagai perlakuan benih dan penyemprotan daun pada tahap pengisian benih.

Terapkan fungisida daun sebagai semprotan daun.

Tungro

Insektisida nabati

Untuk pencegahan dilakukan penyemprotan setiap minggu sekali.

Untuk penanggulangan bisa disemprotkan interval 4 hari sekali.

Nematoda simpul akar

Nematisida;

Karbofuran

  • Gunakan senyawa nematisida: nematisida yang mudah menguap (fumigan) dan non-volatil yang diaplikasikan sebagai pembasah tanah.

  • Rawat benih dengan karbofuran.

  • Celupkan akar ke dalam bahan kimia sistemik seperti oxamyl atau fensulfothion, phorate, carbofuran, dan 1,2-dibromo-3-chloropropane (DBCP).

Minta bantuan Pak Dayat