Keberadaan hama dan penyakit pada pertanaman budi daya menjadi hal yang perlu diperhatikan karena akan sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan budi daya. Keberadaan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan bijak maka dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan ekologi. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau intensitas kerusakan akibat penyakit telah berada diatas ambang ekonomi (AE) dimana jika tidak dikendalikan akan terjadi kerugian dalam usaha pertanian.
Gambar. Hama Ulat Menyerang Pertanaman Sawi
Hama adalah semua hewan dari jenis serangga, moluska, tungau, pengerat, unggas, atau mamalia besar yang aktivitas hidupnya mengganggu atau merusak tanaman budi daya sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomis. Sementara itu, penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus menerus oleh agen patogen atau faktor lingkungan dan akan menghasilkan perkembangan gejala.
Pengendalian hama dan penyakit merupakan serangkaian kegiatan untuk mengkondisikan tanaman agar terbebas dari gangguan hama dan penyakit melalui berbagai teknik dan pendekatan jika kondisi serangan di pertanaman sudah berada diatas ambang ekonomi. Ambang ekonomi adalah batas populasi hama dan kondisi penyakit yang telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar dari pada biaya pengendalian.
Tabel. Jenis hama yang menyerang pertanaman budi daya
No | Jenis Hama | Contoh Hama | Kerusakan yang ditimbulkan |
---|---|---|---|
1 | Mamalia | Tikus, Babi Hutan, Tupai, Kelelawar, Monyet, dan lain-lain | Kerusakan seluruh tanaman, umumnya menyerang buah dan umbi. |
2 | Unggas (Aves) | Ayam, Burung, Angsa, dan lain-lain | Umumnya menyerang buah/bulir pada tanaman menghasilkan; Ayam, Angsa dan bebek dapat menyerang semua organ tanaman di setiap fase pertumbuhan. |
3 | Serangga (Insect) | Wereng, Belalang, Ulat, Kutu, Kumbang, Ulat Penggerek, dan lain-lain | Dapat menyerang seluruh bagian tanaman mulai dari umbi, akar, batang, daun dan buah; Pada pertanaman budi daya, serangan dari hama ini umumnya menyebabkan kerugian yang dominan dibanding serangan dari hama jenis lain. |
4 | Moluska | Keong, Bekicot, Siput | Umumnya menyerang tanaman pada fase awal pertumbuhan, menyebabkan kerusakan signifikan jika tidak dikendalikan dengan baik. |
5 | Crustacea | Kepiting | Umumnya menyerang tanaman pada fase awal pertumbuhan, menyebabkan kerusakan signifikan jika tidak dikendalikan dengan baik. |
Untuk menekan kerugian secara ekonomi dan ekologi akibat serangan hama, maka pengendalian hama harus dilakukan secara bijak. Pengendalian hama terpadu menjadi cara yang baik dalam mengendalikan hama di pertanaman.
Tabel. Komponen pengendalian hama terpadu beserta contoh tindakan
No | Komponen Pengendalian Hama Terpadu | Deskripsi | Contoh Tindakan |
---|---|---|---|
1 | Pengendalian secara fisik | Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha dalam memanfaatkan atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat menurunkan populasi hama dan penyakit. | Pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perangkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan penghalang/pagar/barier. |
2 | Pengendalian secara mekanik | Pengendalian yang dilakukan secara manual oleh manusia. pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama, efektifitas dan efisiensinya rendah, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan. | Pengumpulan hama dan telurnya menggunakan tangan; Rogesan (pemotongan pucuk tebu yang terserang penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella)); Memangkas cabang, ranting atau bagian tanaman lainnya yang terserang hama atau penyakit; Rampasan (pengumpulan seluruh buah ketika terjadi serangan berat penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei)); Gropyokan (perburuan hama tikus di suatu daerah yang luas secara serentak); Pemasangan perangkap hama dan Pembungkusan buah. |
3 | Pengendalian kultur teknik | Pengendalian hama dan penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok tanam. | Mengurangi kesesuaian ekosistem hama dengan melakukan sanitasi, modifikasi inang, pengelolaan air, dan pengolahan lahan, mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama, yaitu dilakukan dengan cara pergiliran tanaman, pemberian dan penanaman serempak pada suatu wilayah yang luas; Pengalihan populasi hama menjauhi pertanaman, misalnya dengan menanam tanaman perangkap, pengurangan dampak kerusakan oleh hama dengan cara mengubah toleransi inang. |
4 | Pengendalian dengan varietas tahan | Keuntungan teknik ini adalah tidak membutuhkan biaya yang mahal, efektif dan aman bagi lingkungan, akan tetapi pengendalian dengan varietas tahan juga memiliki kelemahan dan kekurangan, yaitu harga benih/bibit yang mahal. Jika ditanam dalam jangka waktu yang panjang, sifat ketahanannya patah. | Penggunaan benih kedelai tahan serangan ulat penggerek batang |
5 | Pengendalian secara hayati | Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau penyakit dengan memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator, parasitoid, maupun patogen hama. | Predator (binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar sebagai pemangsa yang memakan binatang yang lebih kecil sebagai mangsa), contohnya memanfaatkan ular sebagai predator hama tikus atau kumbang coccinelid sebagai pemangsa kutu daun; Parasitoid (binatang yang hidup diatas atau didalam tubuh binatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya), contoh trichoderma sp, sebagai parasit telur penggerek batang padi; Patogen hama (mikroorganisme penyebab penyakit organisme hama) organisme tersebut meliputi nematoda, protozoa, rickettsia, bakteri atau virus, contoh paecilomyces sp. jamur patogen telur nematoda puru akar. |
6 | Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina | Pencegahan penyebaran/perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah. | UU no. 16 th 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan; PP no. 6 th 1995 : perlindungan tanaman; PP no. 14 th 2000 : karantina tumbuhan. |
7 | Pengendalian secara kimiawi | Pengendalian hama secara kimiawi adalah alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian yang lain tidak mampu mengatasi peningkatan populasi hama yang telah melampaui ambang kendali. tujuan penggunaan pestisida merupakan koreksi untuk menurunkan populasi hama atau penyakit sampai pada batas keseimbangan. Penggunaan pestisida harus tepat sasaran, tepat dosis dan tepat waktu. | Penggunaan Insektisida, rodentisida, moluskisida |
Ketersediaan pestisida di pasaran sangatlah majemuk, berbagai pestisida dengan berbagai macam bahan aktifnya beredar luas di pasaran. Pengendalian hama secara kimiawi harus memperhatikan bahan aktif yang sesuai untuk mengendalikan hama sasaran. Bahan aktif yang tidak sesuai maka dapat menyebabkan kegagalan dalam upaya pengendalian.
Tabel. Bahan aktif pestisida kimia sebagai upaya pada pengendalian hama
No | Bahan Aktif | Hama Sasaran | Contoh Merk Dagang |
---|---|---|---|
1 | Abamectin | Serangga kutu putih, kutu kebul, kutu daum, thrip, ulat penggerek batang (sundep/beluk), dan wereng. | Abacel 18EC, Alfamek 18EC, Demolish 18EC, dan lain-lain |
2 | Sipermetrin | Ulat grayak, penggerek buah, penghisap buah, penggerek pucuk, dan wereng coklat. | Rizotin, Matarin, dan lain-lain |
3 | Dimehipo | Wereng batang coklat, ulat penggerek batang, ulat daun, dan belalang. | Spontan, Taruna, dan lain-lain |
4 | Karbofuran | Ulat penggerek batang, cacing, dan ulat. | Furadan, Sidafur, Bariel, dan lain-lain |
5 | Metomil | Ulat daun, thrips, kutu putih, dan semut. | Lannate, metin, metindo, dan lain-lain |
6 | Asefat | Ulat grayak, ulat daun, orong - orong, wereng, belalang, dan lain-lain. | Manthene 75SP, Sidasat 75 SP |
7 | Diazinon | Ulat penggerek batang, cacing, dan ulat. | Diazinone 10GR, Sida zinon 600 EC, dan lain-lain |
8 | Karbosulfan | Ulat kantong, kutu daun, dan lumbang apognia. | Marshal, dan lain-lain |
9 | MIPC | Wereng | Mipcin, Mipcinta, dan lain-lain |
10 | Diafenturon | Ulat kantong, kutu daun, dan lumbang apognia. | Pegasus |
11 | Klorantraniliprol | Ulat perusak daun, wereng, belalang, gangsir, dan orong orong. | Prevathon, Pexalon, Plenum, dan lain-lain |
12 | Profenofos | Aphids, ulat, alat buah dan thrips. | Profile 430EC |
13 | Betasiflutrin | Perusak daun, ulat grayak, wereng, belalang, dan orong orong. | Prado 25 EC |
14 | Khlorpiripos | Ulat grayak, perusak daun dan thrips. | Posban 200EC |
15 | Metil eugenol | Lalat buah. | Petrogenol 800L |
16 | Dimetoat | Kutu daun, penggulung daun, dan ulat penggerek polong. | Perfection 400EC |
17 | Fipronil | Perusak daun, belalang, ulat, wereng, gangsir, orong orong, dan jangkrik. | Regent 50SC |
18 | Klorfenapir | Perusak daun, ulat grayak, ulat bulu, kepik, dan oteng oteng. | Rompes 250EC |
19 | Amitraz | Kutu daun, cacing, orong orong, ulat tanah, jangkrik, dan belalang. | Rotraz 200EC |
20 | Kadusafos | Uret, jontrot, dan penggerek batang. | Rugby 10GR |
21 | Piridaben | Hrip, kutu daun, dan tungau. | Samitte 135EC |
22 | Emamektin benzoat | Wereng, penggorok daun, dan ulet grayak. | Sapporo, Snowden 30EC |
23 | Imidakloprid | Aphids, persik, ulat grayak, walang sangit, dan wereng coklat. | Top Dor 10WP |
24 | Lipromil | Ulat penggerek batang, cacing, wereng, dan jontrot. | Polos G |
25 | Flufenoksuran | Kutu daun, Tungau, dan Penggorok daun. | Fartner 85E |
26 | Lamda sihalotrin | Tungau, kutu daun, perusak daun, wereng dan orong orong. | Matador 25EC |
27 | Lufenuron | Wereng, penggorok daun, dan ulet grayak. | Nagano 80EC |
28 | Triacotanol | Kutu daun, Tungau, dan Penggorok daun. | Fartner 85EC |
29 | Piperazina Hidrat | Ulat wereng. | Naga 500EC |
Dalam dunia pertanian, dikenal konsep segitiga penyakit (Disease Triangle). Konsep ini merupakan konsep pemahaman terhadap penyebab penyakit tanaman yang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1. Inang (tanaman), 2. Patogen (penyakit), 3. Lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait dan berinteraksi dalam menyebabkan suatu penyakit. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada, maka penyakit tidak bisa muncul.
Gambar. Segitiga Penyakit
Tabel. Faktor penyebab penyakit
No | Faktor Penyebab Penyakit | Deskripsi |
---|---|---|
1 | Inang (Host) | Tingkat resistensi tanaman sangat menentukan terjadinya penyakit. Tanaman dengan tingkat resistensinya yang rendah (rentan) sangat mudah terserang penyakit jika dibandingkan dengan tanaman dengan tingkat resistensi yang tinggi |
2 | Patogen | Patogen dengan tingkat virulensi atau keganasan yang tinggi akan lebih mudah menginfeksi tanaman yang artinya akan mempermudah terjadinya penyakit pada tanaman. |
3 | Lingkungan | Lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan patogen sementara bagi tanaman kurang mendukung akan mempercepat terjadinya penyakit. |
Selain serangan hama, serangan penyakit juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Tanaman yang sakit dapat dilihat dari gejala yang timbul. Gejala luar yang dapat dilihat pada bagian tanaman yang sakit disebut gejala morfologi.
Tabel. Gejala serangan penyakit pada tanaman
No | Gejala Morfologi Tanaman Sakit | Deskripsi | Ragam Bentuk Gejala |
---|---|---|---|
1 | Gejala Nekrosis | Kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup. | Busuk, bercak (spot), hawar (blight), rebah kecambah (damping-off), mati pucuk (dieback) |
2 | Gejala Hipoplasis | Kegagalan organ tanaman untuk berkembang secara penuh. | Kerdil, bulai, klorosis, mosaik |
3 | Gejala Hiperplasis | Pertumbuhan luar biasa pada warna, ukuran atau perkembangan dini organ tubuh. | Pembengkakan (gigantisme), kriting dan kudis (scab) |
Tanaman yang terkena penyakit dapat terlihat jelas karena mengalami kerusakan sel atau bahkan matinya sel dalam tanaman. Penyakit dapat disebabkan oleh agen abiotik yang non infeksius dan tak dapat ditularkan, misalnya oleh polutan dan keadaan tanah yang buruk. Penyebab penyakit lainnya adalah agen biotik yang infeksius dan dapat ditularkan, misalnya bakteri dan cendawan. Secara umum penyebab penyakit yang menular ini disebut patogen.
Tabel. Agen penyebab penyakit tanaman dan gejala yang ditimbulkan
No | Agen Penyebab Penyakit | Ragam Agen | Gejala Yang Ditimbulkan |
---|---|---|---|
1 | Abiotik | Suhu terlalu tinggi | Tanaman layu, nekrosis jaringan |
Kelembaban tanah kurang/berlebih | Tanaman layu akibat kekurangan air atau layu akibat hipoksia | ||
Cahaya kurang/berlebih | Etiolasi, warna daun pucat/nekrosis jika intensitas cahaya terlalu tinggi | ||
Oksigen kurang | Tanaman layu, klorosis dan rontok, kerusakan organ akar | ||
Defisiensi nutrisi | Klorosis,tanaman kurus, tanaman kerdil | ||
Keracunan mineral | Gangguan pertumbuhan tanaman, kerdil, kerusakan organ, mati | ||
pH | Klorosis, perubahan warna batang, tanaman layu, tanaman kerdil, dapat menyebabkan kematian tanaman | ||
2 | Biotik | Jamur | Busuk, bercak, hawar, tanaman layu (bagian berkas pengangkut terdapat tanda keberadaan miselia jamur) |
Bakteri | Busuk, bercak, hawar, tanaman layu (terdapat oose yg keluar dari berkas pengangkut jika batang dipotong dan dicelupkan ke dalam air bening) | ||
Virus | Mosaik pada daun, keriting, ukuran daun mengecil | ||
Nematoda | Pembengkakan (puru), pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil |
Keberadaan penyakit pada taraf tertentu akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, oleh karena itu pengendalian penyakit menjadi salah satu hal penting yang dapat menentukan keberhasilan budi daya tanaman. Secara konsep, terdapat empat prinsip dalam pengendalian penyakit, yaitu eksklusi, proteksi, eradikasi dan imunisasi.
Gambar. Gambar Prinsip Pengendalian Penyakit
Secara teknis, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara: pengendalian secara kultur teknis, secara fisis, secara mekanis, secara biologi dan secara kimiawi.
Tabel 7. Upaya perlindungan tanaman beserta contoh tindakannya
No | Upaya Perlindungan Tanaman | Deskripsi | Contoh Tindakan |
---|---|---|---|
1 | Pengendalian penyakit secara kultur teknis | Usaha pengendalian melalui cara budi daya tanaman. Biasanya pengendalian ini bersifat preventif. | Eradikasi (memusnahkan) tanaman terserang Rotasi (pergiliran) tanaman Sanitasi (kebersihan lahan) Menciptakan kondisi yang tidak cocok untuk patogen Mulsa (penutup tanah) |
2 | Pengendalian Secara Fisis | Usaha menggunakan atau mengubah faktor lingk fisik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan penurunan serangan penyakit pada tanaman. | Perlakuan panas: Untuk benih yang terinfeksi patogen terbawa benih. Untuk tanah pembibitan atau tanah di rumah kaca agar populasi patogen dalam tanah berkurang. Penggunaan barrier (penghalang)/ tanaman perangkap: Menanam beberapa baris tanaman jagung atau tanaman yg lebih tinggi lainnya di sekeliling tanaman kacang-kacangan yang lebih rendah untuk mengurangi serangan patogen virus pada tan kacang-kacangan karena kutu daun sebagai vektor virus akan terhalang / berhenti pertama kali pada tanaman jagung. |
3 | Pengendalian secara mekanis | Pengendalian secara mekanik bertujuan untuk memindahkan bagian tanaman atau tanaman yang terserang penyakit secara langsung baik dengan menggunakan tangan atau dengan bantuan alat pertanian. | Memangkas tanaman yang sakit dan mengisolasinya untuk kemudian dibuang di tempat yang aman. |
4 | Pengendalian secara biologi | Bentuk pengendalian dimana organisme selain tanaman inang dan patogen dimanfaatkan untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan serangan patogen pada tanaman inang. | Suppressive soil: Tanah yg mampu mengurangi serangan penyakit pada tanaman. Contohnya adalah tanah yg banyak mengandung mikroba antagonis. Penggunaan Mikroba Antagonis:
|
5 | Pengendalian Penyakit Tanaman Secara Kimiawi | Pengendalian dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tanaman. |
|
Pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi harus dilakukan dengan cara yang benar agar efektivitas pengendalian dapat tercapai. Sama halnya dengan prinsip penerapan 5 Tepat (5T) dalam aplikasi pupuk, pengendalian hama dan penyakit secara kimia juga harus memperhatikan 5 Tepat (5T).
Tabel. Prinsip penggunaan pestisida secara bijak
No | Prinsip Penggunaan Pestisida Yang Bijak | Deskripsi | Contoh Tindakan |
---|---|---|---|
1 | Tepat Sasaran | Untuk mengetahui sasaran aplikasi pestisida harus dilakukan pengamatan terlebih dahulu serta harus memahami jenis, fase pertumbuhan dan tingkat serangan hama serta musuh alaminya. | Tanaman kubis terlihat berlubang setelah diidentifikasi ternyata terjadi serangan ulat secara masif, kerusakan sudah diatas ambang kendali sehingga perlu dikendalikan. |
2 | Tepat Jenis Pestisida | Harus diketahui jenis pestisida yang digunakan disesuaikan dengan dengan jenis hama. | Penggunaan: Insektisida : untuk serangga Akarisida : untuk tungau Fungisida : untuk jamur Bakterisida : untuk bakteri Moluskisida : untuk siput Rodentisida : untuk tikus Nematisida : untuk nematode |
3 | Tepat Waktu Aplikasi | Pengendalian harus dilakukan tepat waktu sesuai dengan waktu yang tepat untuk pengendalian | Preventif: Aplikasi pestisida sebelum ada serangan Kuratif: Aplikasi pestisida sesudah ada serangan Eradikatif: Aplikasi untuk pembersihan bila ada ledakan Aplikasi sistem kalender: Aplikasi pestisida secara berkala (misalnya seminggu sekali, dsb.), tanpa memperhatikan keberadaan Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian/ambang ekonomi: Aplikasi pestisida yang dilakukan bila populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah melampaui ambang tertentu Waktu aplikasi berdasarkan keadaan cuaca. Jangan menyemprot saat panas terik, saat angin kencang, mau turun hujan dan disaat ada embun. |
4 | Tepat Takaran | Dalam penyemprotan harus dicari imbangan yang cocok antara dosis dan konsentrasi. Imbangan tersebut dipengaruhi oleh volume semprot. (kg/ha, liter/ha, dsb.). Sedangkan konsentrasi merupakan jumlah pestisida yang harus dicampurkan dalam setiap liter air (gram/liter; ml/liter, dsb.) | Dalam label kemasan insektisida disebutkan bahwa dosis aplikasi insektisida tersebut adalah 100 ml/Ha, dengan konsentrasi larutan yang direkomendasikan adalah 1 ml/liter, sehingga volume semprot/jumlah larutan yang harus disemprotkan adalah 100 liter. |
5 | Tepat Cara Aplikasi | Aplikasi pestisida dilakukan sesuai jenis/fasa pestisida dan rekomendasi aplikasinya. | Pestisida dalam bentuk larutan pekat diaplikasikan dengan cara disemprotkan, sedangkan untuk perawatan benih, aplikasi pestisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur dengan benih agar benih terselimuti pestisida. |
Terdapat beberapa prinsip dasar takaran pestisida yang harus dipahami oleh aplikator pestisida kimia, khususnya pestisida yang diaplikasikan dengan cara disemprot. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi dosis, konsentrasi dan volume semprot.
Dosis adalah Jumlah pestisida yang dibutuhkan untuk pengendalian OPT per satuan luas lahan (kg/ha; liter/ha; ml/ha)
Dosis=(Jumlah Pestisida)/(Luas Lahan)
Konsentrasi adalah kepekatan atau jumlah pestisida yang harus dilarutkan sebelum diaplikasikan.
Konsentrasi=(Jumlah Pestisida)/(Jumlah Pelarut (air))
Volume semprot adalah jumlah larutan pestisida (pestisida dan air) yang harus disemprotkan per satuan luas lahan.
> Volume semprot tinggi : >150 Liter/Ha
> Volume semprot rendah :20-150 Liter/Ha
> Volume semprot ultra rendah : 1-5 Liter/Ha
Selain memahami prinsip dasar dalam aplikasi pestisida, aplikator juga harus memahami informasi dalam label kemasan pestisida baik dalam bentuk tulisan maupun simbol piktogram. Dengan memahami informasi dalam label kemasan pestisida tersebut diharapkan keamanan dan keselamatan aplikator dan lingkungan dapat terjaga.
Tabel. Simbol piktogram pada label kemasan pestisida
No | Piktogram | Deskripsi | Simbol |
---|---|---|---|
1 | Simpan di tempat terkunci, jauhkan dari jangkauan anak-anak. | Pestisida harus disimpan dalam wadahnya dengan tertutup rapat, ditaruh dalam tempat yang khusus dan terkunci serta aman bagi siapapun, terutama anak-anak (tidak mudah dijangkau anak-anak). | |
2 | Konsentrat cair | Pestisida tersebut formulasi atau bentuknya berupa cairan. | |
3 | Konsentrat kering | Formulasi pestisida tersebut dalam bentuk padatan, seperti tepung ataupun granul. | |
4 | Aplikasi menggunakan sprayer punggung | Dalam mengaplikasikan pestisida yang dimaksud harus menggunakan sprayer atau dengan cara disemprotkan. | |
5 | Gunakan sarung tangan | Dalam penggunaan pestisida harus menggunakan pakaian pelindung diantaranya adalah sarung tangan. Bahan pembuat sarung tangan harus terbuat dari bahan yang tidak tembus air. Yang paling baik adalah terbuat dari bahan nitril. | |
6 | Gunakan pelindung mata | Dimaksudkan agar percikan pestisida tidak mengenai mata. Bisa berupa kacamata, spray shield (perisai semprot) atau goggles (kacamata semprot). | |
7 | Gunakan pakaian/perlengkapan pelindung | Apabila mau mengaplikasi pestisida hendaknya memakai pakaian pelindung. Pakaian pelindung sederhana bisa terdiri dari celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya rapat. | |
8 | Celemek (appron) | Appron disarankan digunakan untuk semua jenis penyemprotan dan harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi. Appron dapat terbuat dari kulit sintesis atau plastik. | |
9 | Cuci tangan dan muka sesudah aplikasi | Setelah mengaplikasi pestisida harus sesegera mungkin mencuci tangan dengan sabun sampai bersih. Diusahakan mandi dan berganti pakaian. | |
10 | Gunakan sepatu bot | Pemakaian alat pelindung diri memakai sepatu bot digunakan pada saat menyemprot di lahan kering. | |
11 | Gunakan masker | Ada saat aplikasi pestisida baik saat mencampur maupun menyemprot sebaiknya menggunakan masker untuk menutupi mulut dan lubang hidung. | |
12 | Gunakan respirator atau topeng gas | Perlengkapan ini digunakan saat aplikasi pestisida berbentuk gas yang didesain khusus. | |
13 | Berbahaya bagi hewan ternak | Pestisida yang dimaksud dapat membahayakan keselamatan hewan piaraan atau ternak. | |
14 | Berbahaya bagi ikan, jangan mencemari perairan | Pestisida ini dapat meracuni perairan dan habitat yang terdapat di air seperti ikan. |
Minta bantuan Pak Dayat